Kringgg
“halo?” seorang wanita menjawab sebuah
telepon
“aku akan pulang….” Suara seorang lelaki
terdengar di telepon tersebut.
“maaf siapa ini?” tanya wanita tersebut
“aku akan datang pada jam 3 pagi. Tunggu
aku ya kakak.” Lelaki tersebut menutup teleponnya.
“siapa ya itu?” tanya wanita itu pada
dirinya sendiri.
“Catherine! Ini ada paket untukmu!” kata
ibu dari wanita tersebut
“iya bu!” wanita itupun langsung turun
kebawah dan membawa paket tersebut ke kamarnya
“apa ya isinya?” diapun membuka paket
tersebut.
“AAA!!!”
***
Argh … aku terbangun sangat pagi … dan
kau mau tahu rasanya? Sangat memusingkan. Aku tak biasa bangun sepagi ini.
Untuk sesaat aku penasaran jam berapa aku bangun. Saat kulihat jam dinding di
kamarku, sekarang adalah jam 3 pagi! Pantas saja aku sepusing ini saat bangun.
Akupun mencoba untuk menutup mataku kembali. Namun, saat aku ingin menutup
mataku, aku tak sengaja melihat sesosok bayangan. Entah bayangan apa itu … tapi
dia mirip bayangan manusia. Apapun itu, aku pikir itu hanyalah halusinasi. Jadi
aku kembali tertidur….
Setelah pagi –atau tepatnya dini hari
tadi- Aku terbangun agak kesiangan hingga aku terlambat pergi ke sekolah dan
dilarang masuk oleh satpam sekolahku. Ya sekolahku memiliki peraturan yang
ketat … sangat ketat. Tapi itu membuatku memiliki banyak waktu untuk mencari
alasan mengapa aku terbangun jam 3 pagi ….
Saat aku sudah tidak diperbolehkan masuk
sekolah, akupun langsung pergi kesebuah warnet yang agak jauh, tentunya aku
sudah mengganti bajuku sebelumnya –tolong jangan tanya hal itu. pertama aku
cari keyword –atau tepatnya keysentence- Dengan kalimat “alasan dibalik bangun
jam 3” lalu untuk mencari referensi yang lebih akurat, aku mencari dengan
keyword “3 A.M.” dan aku mendapat banyak informasi tentang jam itu.
Menurut sebuah website tentang
illuminati –sebuah aliran atau sekte keagamaan mungkin- Jam itu merupakan jam
yang dikuasai oleh para setan atau
segala hal yang berhubungan tentang setan. Cukup banyak orang yang berbicara
tentang masalah setan. Selain masalah setan, aku berhasil menemukan alasannya
melalui sudut pandang psikologi, ada suatu mitos yaitu, bila kita
terbangun jam 3 pagi, kemungkinan besar
kita sedang diperhatikan … oleh seseorang. Entah siapa orang itu, tapi aku tak
begitu tertarik dengan hal semacam mitos. Dan terakhir, aku malah menemukan
sebuah lagu berjudul “3 A.M.” oleh artis ternama eminem … lagu yang cukup seram
menurutku –tapi bukan itu yang aku cari sekarang.
Ohya, aku belum memperkenalkan diriku.
Namaku Sarah. Aku adalah siswi kelas 2 SMA. Aku mempunyai beberapa kakak. Kakak
pertamaku Jane, kakak keduaku Catherine, dan kakak ketigaku atau biasa kami
sebut “yang hilang” adalah satu-satunya laki-laki disini, yaitu… ah, aku lupa
nama kakakku. Sudah 3 tahun semenjak kepergian dia. entah mengapa kami rindu
padanya, padalah dulu kami adalah yang paling tidak akur. Bahkan sepertinya
sumpahku untuk melupakan namanya sudah terlaksana….
Baiklah, itu adalah sedikit pengenalan
keluargaku. Ngomong-ngomong, kami baru-baru ini mendapat sebuah kejadian aneh. Darimana
ya aku harus memulai cerita? Tapi satu hal yang pasti, itu merupakan hal yang
menyeramkan. Aku tak bisa bercerita banyak. Yang aku tahu adalah, Cathy
menerima paket berisi potongan jari dengan darah yang masih segar, juga ada
potongan bola mata … ya benar, sebuah potongan bola mata. Dan foto kekasih
Cathy
Jujur, selain dari mimpi buruk –atau
tepatnya pengalaman buruk- Yang dialami Cathy, kami sebenarnya merindukan
anggota keluarga kami yaitu Peter. Dia adalah orang yang bisa melindungi kami,
mungkin satu-satunya karena ayahku sudah tiada.
Hari berjalan seperti biasa, tak ada
yang spesial. Bangun, pergi sekolah, pulang, makan, main, dan belajar.
Tiba-tiba, bel rumah kami berbunyi dengan sangat keras. Ah, tamu, mana aku
sendirian lagi dirumah. Aku dititipi pesan untuk tidak membukakan pintu bagi
orang yang tak dikenal. Tapi saat aku mengintip dari jendela, aku hampir tak
mempercayai apa yang aku lihat. Kakak yang “hilang”!
Malam itupun berjalan sangat menyenangkan.
Sebuah pesta diadakan dirumah kami. Kami semua senang kak Peterson –itulah
bagaimana dia mengatakan namanya- sudah kembali dari “pengembaraan”nya. Kami
sudah sangat rindu padanya … dan untuk sesaat, kami melupakan suasana mencekam
dari paket yang diterima Cathy.
“Selamat datang kembali, Kak Peter.”
Kataku memberi selamat
“Terimakasih Sarah. Sepertinya semua
banyak yang berubah ya … kau pun sekarang sudah besar dan memiliki pacar.” Ucap
kak Peter. Diapun berbincang sedikit dengan pacarku hingga akhirnya dia
bertanya sesuatu padaku.
“Aku sudah bertemu semua orang disini
kecuali Cathy. Dimana ya dia?” tanya kak Peter.
“Mmm, ada sesuatu hal yang membuatnya
mengurung diri dikamar.” Jawabku.
“Apa itu? pacarnya memutuskan
hubungannya?” tanyanya sembari sedikit bercanda
“Jangan gitu dong kak … dia mengalami
hal yang sangat serius ….” Kataku sedikit membentak. Meskipun aku tak terlihat
membentak.
“Haha, maaf-maaf. Emang masalah apa sih
bisa sampai ngurung diri dikamar kayak gitu?” Tanyanya lebih serius
“A-aku sulit menjelaskannya … masalahnya
ini adalah hal yang menakutkan. Aku tak yakin bila kakak percaya.”
“Sebutkan saja apa yang terjadi?” Kak Peter
makin penasaran.
“Pacar Cathy di dibunuh dengan sadis.”
Ceritaku
“Pasti ada maksud tersendiri dari
pembunuhan itu.” Ujar kak Peter
“Aku sudah ngantuk … aku tidur dulu ya!”
kata kak Peter sambil pergi menuju kamar yang sudah disiapkan untuknya.
Setelah pesta selesai, banyak tamu tidur
dirumah ini. Sebenarnya, aku tidak bisa bilang ini adalah rumah. Aku lebih suka
menyebut tempat ini sebagai “Hotel Bintang 5”. Malam itu adalah malam yang
tenang. Hingga sebuah teriakan pembantu kami memecah keheningan yang sudah
mulai menyelimuti kami. Kulihat jam dinding kamarku, jam 3 pagi! Lagi-lagi
terbangun pada jam ini. Apakah sepertinya ada sesuatu? Ah, yang pasti aku
mendengarkan sebuah teriakan yang membangunkan siapapun yang mendengarnya.
Para tamu laki-laki pun mendatangi
sumber suara dipimpin kak Peter. Aku sengaja mengikuti mereka untuk melihat apa
yang terjadi.
Sungguh tak bisa dipercaya apa yang
sedang terjadi … tubuh Cathy benar-benar … mengenaskan. Itu satu-satunya hal
yang bisa kukatakan. Saat aku melihat apa yang terjadi, aku bahkan tak sanggup
untuk berdiri. Kakiku lemas, seluruh badanku bergetar, dan aku hanya terdiam.
Aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Cathy … tubuhnya … dia … aku
hanya bisa melihat bahwa Cathy berada dengan posisi leher digantung. Rambutnya
terbakar habis hingga membakar kulit kepalanya yang lalu kepalanya seperti di
pecahkan oleh palu hingga otaknya terlihat dengan jelas. Lalu dikedua matanya
terdapat paku yang ditusukan kedalamnya hingga darah yang cukup banyak keluar
dari matanya. Kemudian rahang Cathy pun dilepas, entah bagaimana caranya, mulut
Cathy benar-benar terlihat seperti menganga kesakitan dengan darah yang cukup
banyak keluar dari mulutnya. Dan hal terakhir yang kulihat adalah perutnya yang
dibuka dan ususnya pun terburai keluar bersama dengan ampas makanannya yang
berwarna hijau dan cair, dan juga darah yang sangat banyak keluar dari
perutnya.
Dalam tragedi itu, ruangan benar-benar
terlihat suram. Aliran darah dari tubuh Cathy memenuhi seluruh lantai yang ada
dikamar ini. Cipratan darah berbekas di dinding-dinding kamar. Dan satu hal
yang sangat menyeramkan adalah … tulisan dinding bertuliskan “SELAMAT DATANG
KEMBALI” yang dituliskan oleh darah Cathy.
“Tulisan itu ditujukan padaku.” Celetuk
kak Peter tiba-tiba di belakangku.
“Bagaimana kakak bisa tahu?” tanyaku
penasaran.
“Sudah jelas, hanya aku yang baru pulang
disini.” Jawabnya.
“Tapi kak ….”
“Tapi kau tenang saja, semua akan
baik-baik saja.” Ujarnya sangat tenang.
Entah bagaimana kak Peter bisa sangat
tenang di situasi seperti ini. Bahkan para lelaki yang lain pun masih bisa
memperlihatkan ekspresi ketakutan diwajahnya. Tidak untuk kak Peter, dia
benar-benar menguasai situasi. Mungkin dia ingin menenangkan semuanya dan dia
memendam rasa takutnya. Ngomong-ngomong, kak Peter dari dulu memang seorang
pemberani yang tak kenal takut. Setiap ada preman ataupun orang-orang jahat
yang ingin mencuri sesuatu di rumahku, dia adalah yang paling jenius dan paling
berani menghadapi mereka. Namun sesantai-santainya kak Peter, dia masih bisa
memperlihatkan ekspresi ketakutannya … jauh berbeda dengan sekarang. Namun satu
hal positif yang tumbuh dari dirinya, dia sangat berkarisma, dia bisa
menenangkan orang-orang disekitarnya. Entah dari mana dia mendapat karismanya
itu, dia sekarang memiliki daya tarik tersendiri.
“Siapa yang telah membuat ucapan selamat
datang seperti ini?” Tanya Jane
“Mungkin arwah dari ayah masih belum
menerimaku….” Celetuk kak Peter
“Ih, kakak, jangan ngomong gitu dong….” Ucapku
“Iya Peter, kamu tuh gk boleh ngomong
sembarangan tentang orang mati … apalagi tentang ayah.” Ucap Jane setuju
denganku
“Hehe, iya-iya, aku Cuma bercanda kok.”
Kata kakakku sembari tertawa.
“Ish, candaannya gk lucu.” Kataku kesal
“Maaf ya.” Dia mengelus kepalaku sambil
tersenyum.
“Ih, apasih kakak.” Ucapku
“Selama ada Peter, kau akan aman.”
Katanya tersenyum. Akupun hanya terdiam.
Aku benar-benar senang kak Peter bisa
menjadi orang yang menyenangkan. Dia bisa menenangkan hati kami yang sedang
gelisah. Aku benar-benar suka kak Peter yang baru. Tunggu! Mengapa aku hanya
menyukai kak Peter yang baru? Ah, lebih baik tidak mengingat masa lalu. Itu
hanyalah sejarah bagiku….
Setelah kejadian itu aku tak bisa tidur.
Karena itu aku langsung mencari susu sapi segar di kulkasku yang berada didapur.
Keadaan sangat gelap, aku berjalan perlahan menyusuri lorong menuju dapur
sembari mencari tombol lampu. Ah, mengapa lorong menuju dapur ini harus sangat
gelap? Tapi ada sesuatu yang basah di lantai yang aku injakan. Tapi jujur saja,
aku tak begitu perduli dengan hal itu … dan lagipula aku sudah ada di depan
pintu dapur. Aku hanya membuka pintu dan melihat sesuatu yang sepertinya
hanyalah berupa air yang meluber ke seluruh penjuru ruangan. Aku tidak melihat
nya dengan jelas, hingga aku buka kulkas itu…
***
Hari ini teman-temanku menjengukku.
Mengapa? Tentu saja karena aku sakit. Namun mereka tidak menjengukku karena
sakit, tapi karena alasan “mengapa aku sakit” yang membuat mereka penasaran.
Kau ingin tahu mengapa? Aku sudah muak menjelaskan semuanya … kau tahu rasanya
saat melihat sahabat baik mu didalam kulkas? Dengan kepalanya yang sudah
dikuliti, dan bola mata yang teruntai dengan saraf mata yang masih tersambung
bersama dengan darah yang mengalir cukup banyak. Lalu ada otaknya yang
dipisahkan dari kepalanya dan dibekukan dalam freezer bersama warna pinknya
yang mulai memucat karena beku. Lalu ada sesuatu yang bisa aku bilang sate
daging manusia, bersama darah yang masih segar, lalu botol minuman yang tembus
pandang menjadi berwarna merah –tentunya merah darah. Dan, sudahlah, aku sudah
tak begitu bisa mengingatnya lagi. Setelah segala hal yang aku lihat, aku
langsung pingsan hingga sakit di siang hari ini.
Esok hari aku sudah sembuh dan bisa
masuk ke sekolah. Itu semua karena motivasi kak Peter yang menyemangatiku terus.
Dia benar-benar menyenangkan, namun dia bisa menjadi sangat tak terkendali bila
permintaannya tak dipenuhi, padahal terkadang permintaannya hanya 1 pak jarum
jahit, lem, korek api, dan beberapa hal kecil lainnya. Dan jika kau ingin tahu
reaksinya, dia bisa sampai menghancurkan sebuah televisi. Ya, emosinya sangat
tak terkontrol. Selain itu, dirumah ini banyak terjadi kehilangan benda. Entah
itu adalah benda kecil seperti kabel, paku, sendok, garpu, hingga benda besar
seperti gunting rumput, gergaji besi, pemotong rumput, dan benda berbahaya
lainnya. Janggal ….
Malam ini aku tertidur dengan nyenyak
lagi. Sangat nyaman, kebetulan aku tidur agak siang karena aku benar-benar
lelah setelah melakukan tes pelajaran olahraga. Kau pasti tahu rasanya saat
badanmu sangat lelah dan lalu kau langsung merebahkan tubuhmu itu di atas kasur
yang empuk. Ada sensasi tersendiri pada saat itu. aku yakin kali ini aku tak
akan terbangun pada jam 3 pagi ….
***
“Tenanglah, selama ada aku, kau akan
aman.”
“Dimana aku? Siapa kau? Apa yang kau
akan lakukan? Kapan kau mengikatku seperti ini?”
“Sudah kubilang tenanglah.”
STAB
AAH! Apa itu tadi? Apa aku memang hanya
bermimpi? Tapi mimpi itu benar-benar terasa. Tunggu … jam berapa sekarang? Aku
coba melihat jam, jam 3 PAGI!!! Kenapa? Kenapa jam ini lagi?
WUSHH
Apa
yang tadi aku lihat? Sebuah bayangan! Berwarna hitam, aku tak tahu bayangan itu
berbentuk apa. Dan jendela kamarku pun terbuka. karena aku takut, aku memilih
untuk berteriak dan meminta tolong.
“Jendela
kamarmu terbuka, dan sangat jelas bahwa jendela itu tak dibuka paksa yang
berarti …” ucap seorang polisi yang menahan omongannya
“Berarti
apa?” aku penasaran. Polisi itu menahan omongannya terlalu lama.
“Berarti
kau lupa menutup jendelamu.” Jawab polisi itu singkat
“Apa?
Apa kau yakin?” tanyaku dengan penuh ketidakpercayaan. Polisi itu hanya diam
“Baiklah,
mungkin aku memang lupa menutup jendelanya.” Kataku sambil mengalah
“Lain
kali jangan lupa menutup jendelamu.” Ucap polisi itu sembari pergi keluar tkp
“Ohya,
lain kali jika ada apa-apa yang lebih mencekam, kau bisa telepon kami lagi.
Kami dengar ada teror di rumah ini kan? Kami pasti sampai dalam waktu 5 menit.”
Ucap polisi itu sebelum benar-benar meninggalkan rumahku.
“Kak
Peter, aku takut.” Ucapku ke kak Peter
“Tenanglah
….”
“Bagaimana
aku bisa tenang? Kita sedang ….”
“Sudah
kubilang tenanglah, aku tak akan biarkan kau mati di tangan orang lain.” Ucap
kak Peter.
***
Peterson,
saat ini adalah kakak terbaik yang ada didunia. Aku akui dia agak tertutup,
tapi dia benar-benar menyenangkan. Dia hampir tak pernah membuatku kesal.
Hampir? Yup, sesekali dia pernah membuatku kesal. Dia benar-benar tak ingin ada
yang mengusik dunianya, dia punya kehidupannya sendiri. Lalu sepertinya aku
sudah mengatakan bahwa, apapun yang dia inginkan harus dituruti. Pernah saat
itu aku diminta untuk tidak ke garasi selama beberapa hari, dan aku disuruh
untuk mengambil palu yang ada di garasi. Akupun berjalan hingga di depan pintu
garasi.
“Sudah
kubilang bukan?” ucap kak Peter di belakangku.
“Tapi
….”
“Tak
ada tapi-tapian! Kubilang jangan ya jangan!” Bentak kak Peter memotong
perkataanku.
“Aku
disuruh ….”
“Nih.”
Lagi, kak Peter memotong perkataanku, namun kali ini dia mengeluarkan benda
yang kucari. PALU!
***
Satu
bulan setelah kedatangan kak Peter merupakan sebuah misteri tersendiri bagi
kami. Rumah ini sudah kosong. Hanya ada Aku, Jane, kak Peter, dan beberapa
pembantu keluargaku. Ibuku sedang keluar kota hingga malam. Jadi rumah ini
sepi. Ohya, kak Peter pernah bilang bahwa kami tak boleh pergi kekamarnya. Aku
sebenarnya tak begitu perduli sih, aku bukan orang yang kepo-an. Entah mengapa
dia bilang jangan masuk kekamarnya.
Malam
itu malam yang gelap. Aku sedang sendiri dikamar, jam dinding sudah menunjukan
pukul 2 pagi. Wow, aku masih bisa bangun. Sunyi senyap, tak ada suara apapun
disini. Untukku suasana seperti ini sangatlah menyeramkan. Jadi aku menyalakan
televisi. Sekarang jam menunjukan pukul 3.00 pagi. Aku masih bertahan,
tiba-tiba suara bel rumah berbunyi. GILA! Jam segini masih ada yang bertamu?!
TING
TONG
“Tunggu!”
sahutku dari dalam rumah
….
“Tak
ada yang membalas?”
“Pasti
cuma yang jail.” Pikirku
TING
TONG
“Tunggu!”
sial, siapa sih yang sejahil ini pada jam segini?
Aku
pun membuka pintu. Aku lihat keluar, tak ada siapapun! Sudah kuduga ini adalah
ulah orang jahil! Namun tiba-tiba ada bau busuk menyengat ke hidungku. Akupun
melihat ke bawah.
***
Orang-orang
bertamu kerumahku dengan menggunakan pakaian serba hitam, membawa seikat bunga
mawar berbagai warna dan sebuah karangan bunga disimpan di depan gerbang
rumahku pertanda adanya orang yang meninggal. Pertanyaannya adalah, siapa yang
meninggal?
“IBU!!!” Jane menangisi potongan tubuh
yang telah disusun kembali menjadi sebuah mayat yang utuh.
Kematian
ibu kami benar-benar memukul kami. Akupun hanya bisa menangisi mayat ibuku. Kak
Peter, dia hanya berdiri bersandar pada tembok gelap yang ada di ujung ruangan
ini. Bagaimana bisa dia tidak sedih saat ibunya mati! Aku langsung berjalan
kearah kak Peter dan menariknya hingga masuk kekamarku.
“KAKAK!”
bentakku
“Ada
apa? Mengapa kamu membentakku?” tanya kak Peter
“Apa
kakak tidak sedih!? Apa kakak senang ibu mati!?” aku semakin keras membentaknya
“
…” kak Peter hanya terdiam
“Aku
tahu kakak sudah lama tak berada disini! Tapi bukan berarti saat ibu mati kakak
tidak sedih!”
“Ibu
yang telah melahirkan kakak! Ingat itu kak!” bentakkan ku semakin menjadi-jadi.
“…”
kak peter masih terdiam
“Aku
hanya ingin kakak tak melupakan ibu ….” Aku memperhalus nada bicaraku.
“Sudah
selesai?” Tanyanya dengan halus.
“Apa
kau pikir aku tidak sedih?” lanjutnya
“Apa
kau pikir aku tidak menyayangi ibuku?!” nada berbicaranya secara perlahan naik.
“…”
giliranku yang terdiam
“Siapa
yang tak sedih melihat orang tuanya meninggalkan mereka?!”
“Aku
hanya tak ingin terlarut dalam kesedihan!”
“…”
kak Peter terdiam untuk mengambil nafas
“Ingatlah
hal ini Sarah …”
“Saat
kau ditinggalkan seseorang, hal yang kau lakukan bukanlah bersedih …”
“Tapi
buktikanlah bahwa kau bisa berdiri sendiri tanpa orang yang yang kau sayangi.”
“Itulah
mengapa aku tak ingin menangis.” ujar kak Peter
“Kau
mengerti maksudku kan?” tanyanya
“Lebih
baik malam ini kau lebih berhati-hati.” Kak Peter meninggalkan ruanganku sambil
tersenyum.
Berhati-hati?
Mungkin gara-gara kematian ibu, jadi aku harus berhati-hati.
Part
2 “Slaughter”
Malam
ini mungkin akan sedikit tenang. Mengapa? Karena kali ini orang-orang dari
kepolisian akan menjaga rumah ini.
“Aku
turut berduka atas kematian ibumu.” Ucap polisi yang waktu itu datang kerumahku
“Sebelumnya
aku ingin meperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku Sersan Smith.”
“Ohya,
tuan Smith … terima kasih mau melindungi rumah ini. Aku Sarah, lalu kakakku
yang perempuan adalah Jane, dan kakakku yang laki adalah Peter.” Kataku kepada
tuan Smith
“Tak
perlu pakai ‘Tuan’. Smith saja cukup.” Katanya sedikit tersenyum.
“Baiklah,
Smith.”
“Ohya,
aku sedikit curiga dengan kakakmu yang laki, Peter.” Bisiknya padaku
“Mengapa?
Dia orang yang baik.” Balasku
“Dia
adalah satu-satunya lelaki yang ada di rumah ini kan?” tanya Smith
“Iya
…” Jawabku
“Bisa
saja dia adalah dalang dibalik semua ini. Coba pikirkan, siapa yang paling kuat
disini?” Tanyanya lagi
“Kak
Peter.” Jawabku
“Tapi
kak Peter itu baik!” kataku kesal karena dia mencoba menyudutkan kak Peter.
“Ingat!
Orang yang kelihatan baik belum tentu orang baik! Suatu saat kau akan
menyadarinya!” Ucapnya.
“Jangan
terlalu mudah percaya dengan kebaikan orang lain, motivasi orang berbeda-beda.”
Lanjutnya.
Malam
ini, rumah kami akan dijaga oleh para petugas polisi yang baik hati. Setidaknya
kali ini aku akan merasa nyaman. Aku berjalan di lorong menuju dapur, aku lapar.
Pada saat itu juga aku berpapasan dengan kak Peter.
“Hai
kak!” Sapaku
“Oh,
hai juga Sarah, apa yang ingin kau lakukan? Mencari makan?” Balas kak Peter
“Tentu
saja, aku sangat lapar.” Jawabku. Aneh, aku melihat pisau ditangannya.
“Eh
kak, mengapa kau bawa pisau itu?”Tanyaku keheranan
“Oh,
tidak, aku disuruh sersan Smith.” Jawabnya.
Akupun
lanjut berjalan menuju dapur, mengambil beberapa helai roti dan susu sapi
segar. Mmm, segar sekali rasanya. Tunggu, sudah jam 9 malam? Jika ibuku masih
ada, mungkin sekarang aku sedang dimarahinya. Ingatan yang menyebalkan
sekaligus menyenangkan. Hmm, tapi seperti apa kata kak Peter:
“Saat
seseorang yang kau sayangi pergi, hal yang kulakukan bukanlah menangis. tapi
membuktikan bahwa kita bisa hidup sendiri.”
Sungguh,
kata-kata itu sangat menggugahku untuk semangat menjalani hidup. Aku berjalan,
lalu menuruni tangga untuk sampai ke ruang tamu, namun aku terkaget dengan apa
yang aku lihat! Kak Peter ditangkap!
“Kak!”
Teriakku
“Oh,
Sarah ….” Balas kak Peter
“Bertahanlah
selama tak ada kak Peter yah … kakak pasti akan kembali secepatnya.” Kak Peter
Tersenyum kepadaku. Lalu dia dibawa ke mobil tahanan.
Aku
langsung berlari mencari Smith. Aku ingin tahu mengapa ini semua terjadi!
MENGAPA!!!
“Smith!!!”
Teriakku
“Ada
apa?” tanyanya
“Mengapa?
Ada apa dengan kak Peter?” tanya ku
“Lihat
ini.” Dia menggeser tubuhnya.
Seorang
anggota polisi terkapar setelah tertusuk 3 kali di dadanya.
“Saat
kejadian itu, hanya dia yang membawa pisau.” Ujar Smith
“Tapi
kata kak Peter, dia membawa pisau karena disuruh sersan Smith.”
“Itu
hanya alibi untuk menutupi kejahatannya.”
Aku
… aku masih tak percaya kak Peterlah orang yang melakukannya.
***
Malam
ini sebenarnya mencoba tidur senyaman mungkin. Ah, aku terbangun dengan kepala
yang pusing. Selain pusing, aku juga tidak bisa menggerakan tangan dan kakiku.
Tunggu, aku tidak sekedar tidak bisa bergerak.! Akut terikat!
“Akhirnya
si putri tidur sudah bangun.” Tiba-tiba seseorang memunculkan dirinya dalam
bayangan. Sial, karena panik aku tak tahu siapa itu.
“Siapa
kau?!” Tanyaku panik sembari berusaha melepaskan diri.
“Tenang,
aku bukan siapa-siapa.” Jawab orang itu. Tunggu itu bukannya suara ….
“YA!
Ini aku, Smith.” Dia menampakan wajahnya.
“Apa
yang kau lakukan?” Aku masih mencoba melepaskan diri.
“Aku
hanya ingin sedikit bermain dengan tubuhmu saja.” Ujar Smith.
“Tidak!”
aku berteriak sekeras mungkin.
“Tak
akan ada yang mendengarmu!” Kata Smith sambil mulai membuka pakaianku. Lalu
mulai menyentuh tubuhku.
“Ah!”
Aku hanya bisa mendesah karena anggota gerak tubuhku diikat
DOR!
“Cih,
sepertinya ada yang mencoba mengganggu permainan kita. Tunggulah sayang, aku
akan kembali.” Ucapnya dengan nada dan senyum jahatnya.
Diapun
keluar dan mengunci pintu. Sementara didalam sini, aku tak bisa melakukan
apa-apa. Aku hanya bisa pasrah menunggu kedatangan Sialan Smith itu kembali.
Aku hanya bisa meronta-ronta dan sesekali kepalaku terbbentur ke arah tembok
diatas kepalaku.
Pluk
Suara
apa itu? aku melihat kesekitar dan melihat sebuah silet terjatuh dari atas rak
yang tepat berada diatasku. Mungkin getaran dari benturan kepalaku membuatnya
jatuh.
Aku
segera mencoba merobek tali yang ada ditanganku. Namun mulut dan tanganku
terlalu jauh hingga aku tak bisa merobek tali itu.
SREETTT
Aku
mencoba untuk menarik tanganku dan berhasil. Akupun lepas dari cengkraman
tali-tali itu. dengan segera aku mengenakan pakaianku dan langsung mencoba
keluar. Bagus! Smith tak mengunci pintunya!
Aku
keluar dan melihat sekitar. Akupun melihat bayangan hitam sedang menusukkan
tangannya kedalam dada seorang polisi dan lalu dia menusukan tangannya kearah
atas hingga tangannya muncul dalam mulutnya. Dia melempar polisi itu dan darah
berceceran dan menggenang dimana-mana.
Setelah
itu dia melihat kearahku. Aku tak bisa melihat wajahnya karena dia menggunakan
topeng hockey. Aku hanya bisa melihat matanya … matanya sangat dingin … tak
memperlihatkan ekspresi apapun … sebuah tatapan mengintimidasi yang … sangat
dalam ….
“Si-siapa
kau?” Tanyaku gugup.
“
…” dia hanya diam. Lalu menghilang ditelan kegelapan.
DOR!
Aku
mendengar suara tembakan lagi. Kali ini aku mengikuti asal suara tersebut.
Akupun berlari melewati lorong-lorong rumahku.
BRUK!
Ouch!
Aku menabrak seseorang dan terjatuh. Aku berdiri kembali dan melihat
kebelakang, seseorang sedang berdiri. Saat itu gelap hingga aku tak bisa
melihatnya dengan jelas.
“Maafkan
aku!” akupun mendekatinya.
KREK!
Huh?
Aku seperti menginjak sesuatu. Sesuatu yang keras.
KLIK!
Lampupun
tiba-tiba menyala. Aku tak bisa percaya dengan apa yang aku lihat. Mata orang
itu sudah ditusuk oleh dua buah paku yang menembus matanya hingga darah keluar
dari lubang matanya. Dan lalu aku lihat lehernya, dan hanya darah dan ruang
kosong dilehernya karena kerongkongannya telah dilepaskan dan aku injak begitu
saja. Tidak hanya itu, ada sebuah gergaji yang menancap di bahunya dan sudah
membelah tulang yang ada dibahunya. Perutnya juga sudah kosong dan hanya
terlihat tulang belakang yang masih menyambung tubuhnya.
Saat
itu juga aku langsung muntah dengan cairan berwarna bening dan putih seperti
bubur karena belakangan ini aku lebih banyak minum dan makan nasi. Entah aku
bisa melanjutkan perjalananku, aku merasa ingin pingsan. Tapi sesuatu membuatku
penasaran dan terus melanjutkan pencarianku.
Kali
ini aku menelusuri lorong ini terus hingga akhirnya mendengarkan musik dari
ruang makan. Ruang makan rumahku memang agak besar, dan dari ruangan itu aku
masuk.
KLIK!
Sial!
Pintunya dikunci! Tiba-tiba terdengar sebuah suara musik. Sebuah musik yang aku
sudah sering dengar dari grup creepypasta. Reverse! Lagu yang dibuat oleh Karl
Mayer. Katanya dengan mendengar musik ini bisa membuat pikiran kita terganggu.
Namun aku sendiri tak begitu percaya dengan hal itu.
Aku
menelusuri suara lagu itu, dan lagu itu berasal dari dapurku yang kebetulan
hanya terpisah oleh tembok, jendela, dan pintu.
Bug!
Aku
mendengar sesuatu dari dalam. Aku melihat lewat jendela ada seseorang yang
sedang menutup telinganya kesakitan. Mungkin gara-gara mendengarkan lagu itu.
JENG
JENG
Tiba-tiba
orang itu melihat kearahku dengan matanya yang melotot dan membulat dengan
warna merah dan air mata membasahi pipinya. Air liur dari mulutnya juga
benar-benar mengalir karena tak kuasa menahan sakitnya mendengarkan lagu itu.
Ekspresinya benar-benar menggambarkan orang yang sangat tersiksa.
Dalam
beberapa detik kami saling menatap. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri saat melihat
kearah matanya. Dalam sekejap, tiba-tiba fokusku berubah menuju sebuah pisau
yang sangat tajam yang ada dibelakangnya. Dan entah mengapa, dia seperti
menyadari kalau aku melihat kebelakangnya. Wajahnya pun berbalik dan lalu
kembali kearahku. Saat aku melihat wajahnya dia tersenyum menyeringai. Entah aku
tak bisa mengerti apa arti dari senyumnya itu. dengan lebarnya, tiba-tiba dia
mengangkat pisaunya.
Dengan
perlahan dia berdiri, menyingsingkan lengan bajunya, lalu mengambil posisi
seolah sedang bermain biola. Lalu mulai menggesekan pisau itu perlahan kearah
tangannya. Sedikit demi sedikit kulitnya terbagi menjadi dua. Sebuah cairan
yang berwarna merahpun keluar dari dalam lengannya. Sungguh aku tak ingin
melihatnya namun aku membeku dan tak bisa bergerak. Efek dari lagu itu
benar-benar sudah membuat orang itu gila.
Dalam
wajahnya terlihat rasa sakit dan kegilaan pada waktu yang sama. Kau tak bisa
membayangkan rasa sakit yang dia rasakan baik secara fisik karena sayatan itu
ataupun psikologis karena lagu karl mayer – Reverse.
Sayatan
pisau itu semakin menjadi bersama dengan suara yang mirip biola dalam lagu itu
semakin cepat. Darahpun keluar semakin banyak dan bahkan mulai memancar hingga
wajahnya bersimbah darah. Darah yang memancar kearah kaca jendela tempat aku
melihatnya. Sayatan itu akhirnya berhenti setelah lagu itu berhenti.
Dia
melepaskan pisau yang tertancap dilengannya. Lalu diapun terjatuh, aku masih
bisa melihat tubuhnya mengembang dan mengempis karena dia masih mencoba
bernafas. Ini bukan trik atau apapun itu. Diapun akhirnya mati lemas kehabisan
darah.
Bersamaan
dengan kematiannya, akupun tak bisa menahan diriku yang sudah lemas melihat
orang terbunuh dengan sadis didepan mataku. Akupun tertelan oleh kegelapan dan
hal terakhir yang aku ingat adalah tubuhku terbanting kelantai.
***
Argh,
perlahan, kelopak mataku terbuka. Aku berkedip beberapa kali untuk bisa
membiasakan mataku dengan cahaya yang masuk kedalam melewati kornea mataku. Akhirnya
aku terbangun dikamarku. Argh, kepalaku pusing sekali. Dengan kekuatan
seadanya, aku mencoba melangkah keluar kamarku.
Aku
pergi keruang keluarga. Disana gelap sekali disana aku mencoba untuk mencari
tombol lampu.
Klik!
Akhirnya
aku bisa menemukan tombol itu. aku berbalik, dan tiba-tiba ada seseorang
berdiri dibelakangku. Bayangan hitam itu sangat menakutkan karena lampu
dibelakangnya yang membuat wajahnya tertutup bayangan. Dengan perlahan dia
berjalan mendekatiku dan tangannya mengarah kepundakku
“Menjauh!”
Bentakku
“Eh?
ada apa?” Ternyata itu adalah kak Peter.
“Kak
Peter?” Tanyaku kaget
“Iya,
ini kakak.” Jawabnya tenang
“Ma-mana
Sersan Smith?” Tanyaku lagi
“Dia
sudah kutendang keluar dari sini.” Jawabnya.
“Tendang?”
aku bingung.
“Maksudku
sudah membuatnya pergi dari sini. Dan mungkin dia akan dipecat dari kepolisian.
Dan dia juga takkan kembali lagi.” Ujarnya.
“Padahal
dia sudah terlihat baik.” Sesalku.
“Ingatlah
Sarah …”
“Jangan
terlalu mudah percaya dengan kebaikan orang lain, motivasi orang berbeda-beda.”
Ucapnya padaku.
“Lagipula,
sudah hampir jam 3. Mengapa kau masih terbangun?” Tanyanya.
“Entah,
aku tak sengaja terbangun. Aku akan segera kembali kekamarku.” Ucapku sembari
bergegas kembali kekamar.
Akupun
melewati kak Peter.
BRUK!
Aku
tiba-tiba pingsan. Semua gelap, dan aku merasa melayang dalam beberapa saat.
Teringat diriku terhadap semua kenanganku yang dulu aku punya. Semua begitu
indah … kecuali saat … kak peter sedang bertengkar dengan ayahku.keadaan rumah
sudah seperti konflik perang di vietnam atau operasi desert storm. Dan setelah
teringat semua itu akupun ingat mengapa kak peter pergi dari rumah ini.
“Mmmm!”
Terdengar suara seseorang yang mulutnya tertutup. Akupun membuka mataku dan
melihat dua orang sedang terikat kesebuah tiang. Mereka adalah Smith dan Jane!
“Sepertinya
si putri tidur sudah bangun.” Ucap seseorang dari kegelapan.
“Siapa
kau!” Bentakku pada orang itu.
“Siapa
aku? Huh! Kau sudah tahu siapa aku.” Ucap orang itu.
“Kalau
begitu, buka topengmu!” Teriakku kepadanya
“Baiklah
kalau begitu. Jangan kaget.” Diapun membuka topeng hockeynya dengan perlahan.
Sreet…
“Ka-Kak
Peter?” ucapku gagap.
“Sudah
kubilang … jangan kaget.” Ucap kak Peter dengan senyumnya yang sangat lebar
seperti orang gila.
“Apa
… itu benar kau kak?” Tanyaku tak percaya
“Tentu
saja. Apa aku terlihat berbeda? Silahkan lakukan tes DNA.” Ucapnya.
“Tapi
mengapa?” Aku masih tak percaya.
“Ceritanya
terlalu panjang untuk diceritakan.”Jawabnya.
“Tapi
alasan utamanya karena memang aku ingin menyiksamu!” Lanjutnya dengan lantang.
“Sudah
jam 3.” Peter melihat jam tangannya.
“Waktunya
mulai!”
STAB
Peterpun
tiba-tiba menusuk bahu Jane. Jane langsung berteriak kesakitan dan darah mulai
keluar dari bahunya.
“Kakak!”
Teriakku kepada Jane
Tidak
hanya itu, setelah itu dia menarik pisaunya sedikit namun masih menempel pada
kulit dan lalu menyayat kulitnya kebawah. Setelah itu dia mengambil palu lalu
dia mengayunkan palu itu kearah bagian V Jane.
“Ahh!”
Jane berteriak benar-benar kesakitan dengan sedikit desahan.
“Mungkin
aku bisa sedikit bermain lebih banyak denganmu, Jane.” Ucap Peter dengan senyum
psikopatnya.
Lalu
dia mengeluarkan garpu, dengan secara perlahan dia memasukan garpu itu kedalam
bola mata kanan kak Jane.
“AAA!”
cairan berwarna merahpunkeluar bersamaan dengan teriakan Jane.
“Begitu!”
Peter semakin senang dan makin gila
Setelah
itu dia menarik garpunya itu dengan perlahan sambil mencokel mata kanan Jane
untuk keluar. Perlahan tapi pasti bola mata sedikit demi sedikit tertarik.
Sementara itu,Jane tak berkutik dan hanya bisa berteriak sekeras yang dia bisa.
Darah mulai keluar dari sela-sela matanya dan matanyapun keluar bersama saraf
yang masif menempel dimatanya itu. tak sampai disitu, dia mulai mengayunkan
palu nya itu menuju kedua lutu dari Jane hingga terdengar suara retakan tulang
yang khas. Janepun kembali berteriak sekeras mungkin karena kesakitan.
“Hen
… Ti … Kan …” Rintih Jane
“Baiklah
kalau begitu.” Ucap
Peter
menyalakan sebuah Rokok.
“Seandainya
ayah masih ada disini, mungkin aku sudah ditendangnya dari rumah ini.” Ucap
Peter.
Peter
menghisap Rokok itu beberapa kali. Dan tiba-tiba dia menahan kelopak mata kiri
Jane. Lalu dengan perlahan dan mendadak, Peter memasukan rokok itu kedalam mata
kiri Jane.
“AAA!”
Teriak Jane yang kesakitan karena matanya terbakar.
“Ini
yang terakhir.” Ucap Peter
Sebuah
pisau dapur dikeluarkan oleh Peter.
STAB!
SRET!
Peter
langsung menusukan Pisau itu ke daerah diafragma Jane dengan sisi tajam
mengarah keatas. Lalu langsung menarik pisau itu keatas mengenai jantung.
Janepun langsung batuk darah dan darah yang banyakpun keluar dari bekas tebasan
pisau itu. beberapa menit kemudianpun Jane mati lemas.
Peterpun
diam sebentar. Lalu kemudian menatap Smith. Mata Smithpun menunjukkan ketakutan
yang amat sangat besar.
“Kau
telah memermainkan adikku.” Ucap Peter dengan mata yang menandakan dia ingin
membunuh. Smithpun hanya bisa memberi mata seseorang yang sedang ketakutan.
“Inilah
balasan untukmu!”
Dengan
brutal Peter mulai menghantamkan palu itu ke lutut dan bahu Smith hingga sendi
dan tulang miliknya patah dengan suara khas tulang.
“AAA!”
Smithpun hanya bisa berteriak kesakitan.
“Sepertinya
kau harus sedikit tersenyum.” Ucap Peter.
Dengan
pisau dapurnya, Peter merobek pipi dari Smith hingga terlihat sebuah senyuman
yang lebar yang terjadi karena bekas sayatan oleh Peter. Belum selesai, lalu
kali ini Peter mengeluarkan sebuah air raksa. Lalu meneteskan senyawa itu
kedalam mata Smith. Smithpun hanya bisa berteriak kesakitan karena senyawa
kimia yang merusak bola matanya memberi efek terbakar.
“Sepertinya
aku sudah harus mulai mengakhiri ini.” Ucap Peter.
Aku
lihat kak Peter menyimpan kayu disekeliling Smith. Lalu baru aku sadari kalau
tiang yang digunakan untuk mengikat Smith adalah kayu yang terlihat lembab.
“Well,
selamat tinggal Smith.”
Peter
membakar kayu disekeliling Smith. Panas dari api itu mulai menyiksa Smith namun
tidak membakar tubuhnya.
“AAAA!
Panas!” Smith kepanasan.
Kayu
yang dipakai untuk mengikat Smith mulai terbakar, namun tak membaka tubuh Smith
melainkan memberi efek kepanasan yang makin menyiksa Smith.
STAB
Sementara
itu, tiba-tiba Peter melempar pisau dapurnya kearah perut Smith. Terakhir dia
membawa seember penuh minyak tanah.
“Aku
sudah bosan mendengar teriakanmu.” Ucap Peter.
“Kalau
begitu aku akan lakukan dengan cepat!”
WUSH
Minyak
tanah itupun dilemparkan kearah Smith yang sedang terbakar. Kali ini bukan
tersiksa, Smith hangus terbakar. Diapun langsung berbalik kearahku.
“Aku
memiliki sesuatu yang lebih untukmu.” Ucap Peter padaku.
Psikologisku
… mentalku benar-benar jatuh … aku benar-benar trauman akan semua ini. Kak
Peter menelepon seseorang. Setelah apa yang aku lihat, aku sudah tak tahan dan
akhirnya pingsan.
***
Setelah
kejadian itu, kak Peter menghilang. Saat itu dia menelepon polisi dan medis.
Aku sempat jadi terduga pembunuh, namun setelah sidang, aku dinyatakan tak
bersalah. Namun setelah hari itu, keadaan psikologisku benar-benar menurun.
Akhirnya aku berkonsultasi ke seorang psikolog. Sebenarnya aku ingin ke
psikiater tapi psikolog ini bisa membantuku dari saran dan koneslingnya. Namun
aku hanya berkonsultasi lewat telepon dan SMS. Suatu saat aku penasaran. Aku
ingin tahu siapa psikolog itu. dan akhirnya aku berhasil membuat janji
dengannya.
Aku
disuruh untuk datang kesebuah Rumah Sakit Jiwa. Mungkin disana dia bekerja dan
… benar saja, dia ada disana saat aku tanya ke resepsionis.
“Anda
Sarah ya?” Tanya resepsionis itu.
“Ya.
Dimana dokter John?” Aku berbalik tanya.
“Ikuti
saja Lorong ini.” Sambil menunjuk lorong di kiriku.
“Terimakasih.”
Akupun
mengikuti lorong ini. Tak ada yang aneh, hingga aku menemukan pintu bertuliskan
“Dr. Jhon”. Aku mengetuk pintu itu.
“Silahkan
masuk!” ah, rasanya aku mengenal suara itu. namun aku terlalu pusing untuk
mengenal suara siapa itu.
“Baiklah.”
Akupun
masuk. Didalam, aku melihat seseorang sedang membelakangiku dengan kursi yang
senderannya tingga sehingga aku tak bisa melihatnya.
“Jadi,
apa kau sudah tahu apa yang terjadi dengan keadaan psikologisku?” tanyaku
sembari duduk.
“Menurutku
kau sedang mengalami trauma berat.” Jawabnya
“Apa
kau tahu mengapa?” tanyaku lagi.
“Mungkin
itu karena kakakmu?” Jawabnya sedikit ragu.
“Mengapa
kau bisa tahu tentang itu?” Aku kaget
“Karena
… Akulah kakakmu!” Ucapnya sembari berbalik. PETER!
“Pe-Peter?”
Aku gagap karena kaget
“Akulah
yang telah membunuh ibumu!”
“Akulah
yang telah membunuh kakakmu!
“Akulah
yang telah membunuh Smith!”
“Dan
akulah yang telah membuat skenario ini!”
“Akulah
yang telah membuat semua teror ini!”
“AAA!!!”
***
Hal
terakhir yang aku ingat adalah aku menjadi salah satu pasien RSJ karena
gangguan mental dan psikologis yang aku alami. Tapi semua siksaan psikologis
yang diberikan kak Peter sangat menyiksaku. Mungkin inilah siksaan tersadis yag
pernah aku temukan dan rasakan. Melebihi rasa dari siksaan fisik. Mungkin aku
hanya akan menjadi seorang pasien RSJ dalam sisa hidupku. Sementara kak Peter
menjadi psikiater ku di RSJ itu. padahal aku sudah bilang dia adalah pembunuh,
namun tak ada yang percaya denganku karena menganggap aku gila.
--The
End--