RSJ
Popsomp Hills, Sebuah rumah sakit jiwa yg pada dasarnya biasa saja. Ya, biasa
saja hingga terjadi sebuah tragedi yg menimpa Rumah sakit jiwa ini…
Saat
itu bulan desember benar benar bulan yg mengerikan. Aku benar benar tak akan
melupakan kejadian ditempat aku bekerja …
Ohya,
namaku Will Brown. Umurku 25 tahun. Cukup muda untuk pekerjaan ini, tapi
percayalah aku adalah satu-satunya penjaga senior di tempat ini. Malam itu
adalah malam yg paling mengerikan yg pernah aku rasakan. Seandainya aku tahu
akhirnya akan seperti ini, dulu aku tak akan menerima pekerjaan ini dan
mengemis di kota yg tentunya akan lebih mudah. Tak ada yg namanya berurusan
dengan orang gila atau semacamnya.
Ini
sebenarnya hari terakhirku bekerja di RSJ ini. Aku akan segera keluar dari RSJ
ini karena kontrakku hampir habis! Haha. Akhirnya, aku bisa hidup tenang. Namun
atasanku adalah orang yg selalu jago merayu orang… bahkan akupun tak bisa
menolak tawarannya
Saat
itu aku baru saja selesai mengemasi barang-barangku. Aku sudah siap pergi dan
seseorang menghalangiku.
”ah,
Will… kau akan pergi secepat ini?” kata atasanku
“ya,
aku ingin segera hidup tenang. Lagipula, mengapa kau bertemu denganku?” aku
merasakan bahwa dia akan memintaku untuk berbuat sesuatu.
“mmm,
aku meminta kau untuk menjadi petugas keamanan RSJ ini, sekali lagi saja! Aku
mohon.” Benar dia memintaku untuk menjadi petugas RSJ lagi. Cih, padahal aku
ingin segera keluar dari tempat ini.
“maaf,
aku harus menolak tawaranmu. Aku benar-benar ingin pulang dan bertemu keluarga
besarku. “
“begini,
aku beri kau gaji tambahan yg besar bila kau mau bekerja kembali untuk tempat ini…
sampai perayaan tahun baru saja… aku mohon…” dia benar-benar membuatku muak
“sudah
kubilang aku tak akan mau…” aku berusaha untuk menolaknya.
“oke,
gaji tambahannya akan kubuat agar kau bisa memenuhi kehidupan seluruh
keluargamu.” Dia benar-benar menginginkanku untuk bekerja dengannya lagi
“Sudah
kubilang…”
“kalau
begitu, aku tak akan mengganggumu lagi jika kau menerima pekerjaan ini.” Kali
ini aku sudah tak kuat untuk menolak tawarannya. Bukan karena tawarannya yg
menggiurkan, tapi dia benar-benar mengesalkan.
“Oke…
aku benar-benar ingin berada dirumah saat tahun baru, tapi mengingat uang yg
aku miliki sekarang tak cukup banyak untuk merayakan tahun baru. Mungkin aku
akan menerima tawaran pekerjaanmu.” Kuharap aku tak menyesali keputusanku ini.
“haha,
terimakasih Will! aku sangat berterimakasih kepadamu.” dia sepertinya terlihat
sangat bahagia.
Sekarang
aku kembali menggunakan baju petugas keamanan. Dan aku mulai bekerja pada jam
12 tengah malam sebagai penjaga kamera cctv. Pekerjaan yg cukup aman. Namun
entah mengapa aku merasakan hal yg aneh. Aku merasa akan terjadi sesuatu hal.
“hei
Will! Kau kembali bekerja? Baguslah, aku akhirnya memiliki teman berjaga.” Kata
rekan kerjaku Sam
“ah,
Sam. Sepertinya aku kembali bekerja disini. Ohya, siapa saja ya yang masih
bekerja menjadi keamanan disini?” aku berharap tidak bekerja sendiri
“yah,
masih ada Leon,Ryan, dan Kyle.” Jawabnya
“baguslah,
setidaknya kita tak bekerja sendiri.” Aku lega
“ohya,
kau tak menyebut nick?” aku penasaran
“hmmm,
nick tiba-tiba kehilangan akal sehatnya.” jawab sam.
“oh,
jadi aku dipekerjakan kembali untuk menggantikan dia ya?” aku mencoba menebak
“tidak
juga. Akupun tak tahu mengapa kau mau kembali ke pekerjaan mengerikan ini.”
“oke,
baiklah. Sebentar lagi jam 11 malam. Briefing akan segera dimulai. Lebih baik
kita segera berkumpul dengan yg lain.” Saranku
“kau
benar. Ayo…” dia setuju dan kamipun langsung menuju ruang security.
Disana
Leon,Ryan, dan Kyle sudah menunggu kami. Kami tak banyak basa-basi dan langsung
melakukan briefing, mempersiapkan alat berjaga, mengatur kamera cctv, dan…..
menyiapkan makanan untuk nanti dimakan saat kami beristirahat. Ohya, kami juga
mulai menutup dan mengunci satu per satu kamar milik para pasien. Sebenarnya
aku lebih suka memamnggilnya sel dibanding dengan kamar… tapi, sudahlah. Itu
bukan masalah besar.
TENG…
TENG… TENG…
Jam
pun berdentang 3 kali yg menunjukan bahwa sekarang sudah masuk jam 12 tengah
malam. Aku dan Sam menjadi penjaga cctv, sementara Leon,Ryan, dan Kyle menjadi
penjaga keliling. Kami berganti shift kerja pada jam 3 pagi –jam yg paling
sering dikaitkan dengan kejadian horor–.
Satu
jam berlalu… tak terjadi apa-apa, yang aku lakukan hanyalah berbincang dengan
sam dan sesekali melihat kamera cctv. Aku bisa tahu apa yg terjadi diruangan
security, lobby, lorong-lorong, dan beberapa tempat kecuali kamar para pasien.
Dua
jam berlalu… keadaan masih sangat sepi… aku bisa melihat Leon yg sedang
mengecek lorong A2 dan sedang mengecek setiap ruangan dengan melirik ke sebuah
lubang khusus. Terkadang sangat lucu saat Leon melirik kedalam sebuah kamar dan
melompat terkaget… aku dan Sam tertawa sesuka kami… selanjutnya tak ada yg
menarik lagi
Sekarang
jam 2.30. merupakan jam istirahat kami. Leon, Ryan dan Kyle dalam perjalanan
menuju kemari. Mereka akan sampai dalam 15 menit. Aku dan Sam pun bersiap untuk
berjaga mengelilingi RSJ ini. Dalam beberapa hal, aku merasakan perasaan yg
tidak enak. Aku merasa bahwa aku sedang diawasi.
Setelah
selesai bersiap, aku dan Sam langsung menuju CCTV untuk melihat keadaan
terakhir sebelum kita pergi. Tapi, tunggu… aku rasa aku melihat ada seseorang
sedang berdiri di lorong A2 yg dilewati Leon. Aku melihat kamera lain untuk
mencari penjaga yg sedang berjalan dekat lorong A2. Dan kebetulan Kyle sedang
berjalan di gudang yg posisinya tak jauh dari lorong A2. Aku pun menghubungi
Kyle lewat walkie talkie yg kami bawa.
“Kyle,
apa kau bisa mendengarku” aku mencoba menghubungi Kyle
“yap,
ada apa?” Kyle menjawab
“kau
bisa pergi ke lorong A2? Di CCTV aku bisa meli…” Tunggu sebentar… aku yakin
tadi orang itu masih ada di lorong A2… dia menghilang! Aku pikir itu hanya
halusinasiku saja…
“uh,
tak jadi, aku tadi sepertinya sedikit berhalusinasi.” Aku menghubungi Kyle
tanpa melihat cctv.
“Kyle?”
Dia tak menjawab… akupun melihat cctv dan sudah tak melihat Kyle disana…
sejenak aku berpikir bahwa Kyle sudah berjalan kesini. Maka akupun kembali
menunggu mereka bertiga untuk kembali.
“hey
Sam.” Aku mencoba menenangkan hatiku dengan berbicara pada Sam.
“apa?
Kau ketakutan? Kau adalah keamanan yg sudah senior disini. Kau tak akan dengan mudahnya
ketakutan seperti itu”
“meskipun
aku sudah senior disini, tapi aku tak pernah merasakan tekanan sebesar ini.”
“sudahlah
itu mereka sudah datang.” Sam menunjuk bayangan yg datang
“hei
Sam! Hei Will! Kalian sudah siap?” kata Ryan
“kami
siap, tunggu… Dimana Kyle?” Sam sadar bahwa yg datang hanya Ryan dan Leon
“dia
belum datang? Kami kira dia sudah duluan…” Ryan dan Leon bingung
“lebih
baik aku dan Sam mencarinya. Sekalian giliran kami yg berkeliling.” Saranku
“tapikan
shift kalian dimulai 5 menit lagi?” Ryan menahan kami
“sudahlah,
5 menit ini kami gunakan untuk mencari Kyle. Setelah itu lanjut ke pekerjaan
kami.” Kataku
“baiklah
kalau begitu. Silahkan, kami akan mengawasi kalian lewat cctv.” Kata Leon
“memang
seharusnya begitu.” Aku tersenyum kecil.
Aku
dan Sam pun mulai bergerak bersama hingga lobby melewati lorong A1. Di lobby,
kami memutuskan untuk berpencar.
“Sam,
aku akan pergi ke lorong A2 dan gudang. Kau coba cek lorong A3 dan sekitarnya.”
Kataku
“bagaimana
dengan lorong A4” tanya Sam
“kita
akan mengecek lorong itu bersama.” Kataku
“apa
kau yakin?” Sam terlihat ragu
“yakin
sekali…” aku mencoba meyakinkan Sam
“kalau
begitu baiklah. Kita mulai berpencar.” Sam pun pergi.
Begitu
juga denganku. Aku pun mulai bergerak menuju lorong A2. Dan saat aku masuk ke
lorong itu, keadaannya sangat dingin, aku benar-benar merasakan tekanan saat
aku masuk kelorong ini. Entah mengapa aku merasa aku harus memeriksa ruang
kamar para pasien RSJ ini, namun aku tak punya keberanian untuk memeriksanya.
Akupun lanjut menyusuri lorong ini dengan cahaya senter yg kubawa. Sebenarnya
ada cahaya lampu. Tapi cahaya lampu tersebut benar-benar tidak bisa dibilang
menyala. Aku terus menyusuri lorong itu hingga sampai didepan pintu gudang.
Lagi, ada sebuah perasaan yg sangat janggal saat aku akan membuka pintu
tersebut dan, aku merasa aku sedang diawasi. Bukan oleh cctv, tapi oleh
“sesuatu”. Aku mencoba menghilangkan perasaan takut itu.
“Will?
Will, apa kau bisa mendengarku?” semua pikiranku buyar oleh suara walkie
talkie.
“uh,
Ryan, ada apa?” aku segera mengambil walkie talkie ku
“kau
lebih baik berhati-hati, aku tak sengaja melihat bayangan didalam gudang.” Kata
Ryan dengan suara yg sedikit ketakutan.
“memang bayangan apa yg kau lihat?” aku penasaran
“ada
seseorang sedang duduk ditengah ruangan. Kau lebih baik berhati-hati.” Ryan
memperingatkanku sekali lagi.
“baiklah.”
Akupun mengeluarkan pisau yg kubawa. Sebenarnya aku ingin menggunakan handgun
yg aku simpan, tapi itu akan membuat keributan, dan itu mempersulit
pekerjaanku.
Aku
mulai memutar gagang pintu gudang.
Dengan sangat perlahan aku membuka pintu gudang tersebut. Saat aku membuka
pintu tersebut, tiba-tiba lampu didalam gudang mati. Aku langsung mengarahkan
senterku ke segala sisi di dalam gudang dan saat aku menyorotkan lampuku, benda
itu mati. Aku pun bergerak kedalam gudang secara perlahan dan mencari tombol
untuk menyalakan lampu gudang. Aku terus menyusuri dinding di ruangan yg super
gelap ini. Akupun berhasil merasakan tombol untuk menyalakan lampu. Tepat saat
aku akan menekan tombol itu, aku mendengar suara langkah kaki. Aku dengan
refleks menekan tombol itu dan langsung melihat kebelakang…
Aku
hanya bisa berlutut saat melihat Kyle sudah tak bernyawa. Namun, hal yg
membuatku benar-benar membuat kakiku lemas adalah… Kyle mati dengan tragis.
Dengan posisi terduduk, kepalanya tertunduk. Bola mata kanannya tercongkel dari
lubang matanya hingga keluar namun masih teruntai karena tertahan oleh saraf mata
yg masih tersambung. Darah dimana-mana, ususnya yg terburai keluar hingga
memperlihatkan bekas makanannya yg masih dicerna. Tak hanya itu, rahang
bawahnya pun entah kemana sehingga mulutnya seolah menganga kesakitan dan
matanya yg sebelah pun hanya terbelalak ketakutan. Aku sudah hampir tak bisa
melihatnya lagi hingga aku melihat seseorang di pintu masuk gudang.
“Aku
akan bermain denganmu nanti.” Mungkin itu yg diucapkan oleh gerakan mulutnya.
Saking shocknya aku, aku tak dapat mendengar apa yg dia katakan.
“siapa
kau?” aku bertanya ketakutan.
Dia
hanya memberikan senyuman. Setelah itu, dia mengangkat tangannya dan
menjentikan jarinya. Dalam sekejap lampu pun mati. Tak hanya lampu gudang, aku
bisa melihat lampu di lorong juga mati. Dan satu hal yg bisa kurasakan adalah,
dia menutup pintu gudang dan menguncinya dari luar. Untungnya kunci pintunya
tidak bisa dilepas, sehingga orang lain masih bisa menyelamatkanku dari luar.
Meskipun aku masih bisa diselamatkan, aku benar-benar terganggu dengan
kegelapan total di ruangan ini.
“halo,
Will, Sam, kalian tak apa-apa?” terdengar suara Ryan dari walkie talkie ku
“aku
tak apa…” terdengar Sam membalas
“Will?”
terdengar suara Ryan
“aku
juga tak apa… tapi aku ingin kalian berhati-hati, Kyle dibunuh dengan sadis.
Dan dia mengunciku di gudang.” Aku menjelaskan keadaan yg terjadi
“baiklah,
Leon akan ke ruang kontrol untuk menyalakan lampunya. Will kau diam dulu
disana, dan Sam, kau lebih baik segera menyelamatkan Will.” Perintah Ryan
“Baik.”
Jawab Will
Trek…Trek…
Seseorang
mencoba membuka pintu. Aku langsung menuju pintu dan menodongkan pisau kearah
pintu tersebut. Pintu itupun terbuka, cahaya dari sebuah senter menyilaukanku.
Akupun langsung menghunuskan pisauku kearah cahaya itu. Tanganku ditahan dan
seseorang berbicara.
“hei,
hei… ini aku Sam.” Ternyata itu adalah Sam
“oh
Sam, maafkan aku.”
“apa
itu?” Sam menunjuk kebelakangku
“i-itu
Kyle.” Sam langsung memalingkan mukanya
“ayo
kita pergi ke ruangan security.” Dia membantuku berdiri
“baiklah.”
Kamipun
melewati lorong A2 lagi. Kali ini aku benar-benar penasaran denga kamar para
pasien. Akupun melirik ke kamar nomor 13. Aku menggunakan lubang khusus untuk
melirik kedalamnya. Ada secerca cahaya didalamnya dan seseorang tertidur
didalamnya. Namun saat melihat keadaan disekitarnya, aku melihat kearah bawah
kasurnya dan ada genangan darah di bawahnya. Akupun membuka kamar itu dan masuk
kedalamnya. Aku buka selimut tebalnya, dan aku melihat lengannya sudah terputus
dari bahu dengan darah yg sudah menyebar kemana-mana. Dan juga ada bekas
tusukan pisau di dahinya. Dia benar-benar pria yg malang.
“Will,
apa yg kau lakukan disini?” Sam menepuk bahuku
“coba
cek kamar lainnya.” Dia sempat kebingungan dan melihat ke jasad pasien itu
sejenak.
Kami
mulai mengecek satu persatu kamar yg ada di lorong ini. Benar-benar tragis apa
yang terjadi. Semua pasien yg ada di lorong ini sudah tek bernyawa dalam
keadaan yg sangat tragis. Ada yg kehilangan mata, ususnya terburai, lidahnya
terpotong, kepala yg ditemukan dibawah tempat tidur, dan organ dalam yg tak
pada tempatnya. Aku sudah benar-benar ingin keluar dari tempat ini.
“lebih
baik kita segera bertemu dengan yg lain.” Kata Sam
“baiklah,
itu benar. Aku akan memberitahukan ini kepada yg lain.” Kata ku
“Ryan,
Leon, kalian bisa dengar aku?” aku mencoba menghubungi mereka
“Terdengar
jelas.” Jawab Ryan
“disini
juga terdengar jelas.” Leon pun menjawab panggilanku
“oke
keadaan disini sangat parah seluruh pasien di lorong A2 telah dibunuh. Kalian
harus berhati-hati. Ada yg tidak beres dengan tempat ini.” Aku dan Sam berlari
menuju ruang security.
Saat
kami mencapai lobby, lampu pun menyala. Rasanya aku ingin pergi ketempat Leon
dan berterima kasih padanya, tapi keadaan kali ini memaksaku untuk mencari
keamanan terlebih dahulu.
“terimakasih
Leon” ucapku di walkie talkie.
“mungkin
itu ucapan terima kasihmu untuknya yang terakhir.” Aku terkaget bahwa yg
berbicara bukanlah Leon.
“Kau!
Apa yg kau lakukan pada Leon?!”
“aku
melakukan hal apa? Pfft, kau pasti sudah tahu apa yg akan aku lakukan.
Janganlah berpura-pura tidak tahu” kata orang itu.
“mengapa
kau melakukan hal ini?! Mengapa!!” aku benar-benar kesal
“jika
kau ingin tahu mengapa, kau lebih baik datang kesini. Dan jangan terlambat… dia
tidak akan bertahan lama…” cih dia membuatku kesal
Aku
segera berlari menuju ruang kontrol.
“apa
yg kau lakukan Will?” tanya Sam
“kau
pergi saja ke ruang security, aku akan menjemput Leon.” Jawabku sambil berlari.
Untuk
menuju ruang kontrol aku harus melewati lorong A4, lorong yg paling mengerikan.
Lorong ini sudah jarang dilewati oleh orang lagi, meskipun di siang hari karena
keangkerannya. Lorong ini juga gelap. Aku beberapa kali menabrak benda di
lorong itu. Dan satu hal lagi, itu adalah lorong yg cukup panjang.
“hei
Ryan, apa kau bisa melihat ruang kontrol lewat cctv?” tanyaku lewat walkie
talkie
“Blank,
semuanya hitam, aku tak bisa melihat apa-apa” jawab Ryan
“cih,
baiklah terimakasih.” Aku mempunyai firasat buruk. Aku harus terus berlari.
Aku
akhirnya melihat pintu ruang kontrol. Aku berlari secepat yang ku bisa. Dan
saat aku mencapai tempat itu, aku langsung masuk dan tak bisa melihat apa-apa
didalamnya. Aku menekan tombol lampu disebelah pintu dan ruangan itupun dalam
sekejap menjadi terang.
“dia
beruntung kau tak terlambat.” Kata seseorang dengan jaket hoodie yang terduduk
di tengah ruangan.
“dimana
dia?”
“dia?
maksudmu teman malangmu itu?”
“ya!
Temanku itu!”
“ini
dia.” orang itu memindahkan kursinya dan aku melihat Leon sedang diikat ke tembok
hingga dia tak bisa bergerak.
“Leon!!!”
aku mendekatinya
“jangan
mendekat…” Leon terlihat ketakutan
“apa
yg terjadi Leon?”
“Menunduk!!!”
Leon berteriak dengan kencang
Akupun
dengan refleks melihat kebelakang dan terkaget ada palu besar berayun dari
atas. Aku langsung menunduk, tidak demikian dengan Leon. Palu itu berayun tepat
kearah kepala Leon, dan satu hal yg tak ingin aku lihat, kepala Leon pun Pecah
dengan cipratan darah , tulangnya yg hancur, dan mungkin otaknya yg juga ikut
pecah. Aku benar-benar marah, aku sudah tak tahu harus bagaimana. Tapi satu
pikiran yang muncul adalah… BUNUH DIA!!! aku langsung memutar badanku
kebelakang dan menyadari, dia sudah tak ada. Yang aku lihat hanya tulisan yg
ditulis menggunakan darah bertuliskan. “Aku akan bermain denganmu nanti.”
Aku
berlari keluar dari ruangan itu. Secepat mungkin aku harus bertemu yang lain.
Jika aku terlambat, maka nasib merekapun akan sama seperti Leon ataupun Kyle.
BRUK!!!
Suara
itu?! Sial! Aku harus cepat. Aku sudah tak tahu apa yang akan orang itu lakukan
kepada kedua temanku. Aku akihrnya masuk lorong A1, jalan menuju ruangan
security. Aku mempercepat lariku. Aku hanya bisa berharap untuk bisa
menyelamatkan temanku.
BRUK!!!
Sial!
Aku tersandung oleh gagang pel. Padahal pintu ruangan security sudah berada
didepan mata. Dan seseorangpun keluar. DIA!!! kali ini aku bisa melihat mukanya
dengan sangat jelas. Mukanya putih, kelihatannya dia sangat muda. biasa saja
tak ada yang aneh, hingga aku melihat matanya. Matanya bukan mata milik seorang
manusia, melainkan mata seekor reptil!!!. Dia tersenyum padaku.
“kau
lebih baik menikmati pertunjukannya. Itu akan menyenangkan.” Diapun berlari
menuju pintu darurat.
Akupun
segera berdiri dan masuk kedalam ruangan tersebut. Apa yang kulihat benar-benar
cukup mengerikan. Ryan sudah terikat. meskipun dia masih hidup, orang itu
memasang petasan yg berdaya ledak cukup tinggi di pergelangan kaki,
selangkangan,perut, dada, dan mulutnya. Ryan benar-benar tak bisa bergerak. Mulutnya
tak bisa bergerak hingga dia tak bisa mengeluarkan petasan tersebut.
DOR!!!
DOR!!! DOR!!! DOR!!!
Petasanpun
meledak hingga aku melihat beberapa bagian tubuhnya yg ditempeli petasan.
Beberapa organ dalam pun terlihat. Ada yang utuh, ada yang hancur. Aku rasa dia
Ryan merasakan sakit yg amat sangat terlebih dahulu sebelum mati. Karena
ledakannya tidak berlangsung secara bersamaan. Pertama ledakan dikaki tidak
terlalu besar sehingga hanya menimbulkan luka bakar, lalu selangkangan yg
menghancurkan organ reproduksinya, lalu dada dan perut yg memperlihatkan organ
dalamnya, dan akhirnya ledakan paling besar yaitu dimulutnya menghancurkan
seluruh kepalanya.
Aku
hanya bisa terpaku melihat temanku mati begitu saja didepan mataku. Aku… tak
tahu… sekarang harus apa… akupun sudah tak ingin membunuhnya lagi… aku… aku…
aku… aku hanya bisa menangis. sudah kuduga jika aku pergi dari tempat ini
daridulu, aku tak akan melihat hal yg mengerikan seperti ini.
Aku
mencoba berdiri namun tak bisa. Hanya kepedihan dan kesedihan yg aku rasa. Aku
sudah tak ingin hidup lagi. Bunuh saja aku! Kau tak perlu mempermainkanku lagi.
Sekarang sudah jam 5 pagi. Aku harusnya sudah berkemas, dan tinggal duduk
didepan cctv untuk menunggu satu jam lagi. Kesenangan yang biasa aku bagi.
Hilang ditelan tragedi. Disaat aku sudah pasrah, aku melihat sepucuk surat.
Surat itu berisi.
“ada
tiga jalan yg kau bisa pilih dari sini. Pertama, kau memilih untuk pergi dan
aku akan terus mengikutimu kemanapun kau pergi. Kedua, membunuhku disini
bagaimanapun caranya dengan batas sampai jam 6 pagi. Dan terakhir. Kau menjadi
mainanku disini. Tertanda, M&M”
Huh?
“M&M”? seperti nama artis saja… membunuhnya ya? Entah mengapa, aku
kepikiran untuk melakukan pilihan pertama dan kedua secara bersamaan… baiklah
kalau begitu! Akan kuledakan diriku bersama dirinya disini juga!
Aku
segera berdiri dan mengambil beberapa peledak berdaya ledak yg sangat tinggi. Setelah
itu aku berlari menuju ruang generator. Generator disini sangat besar. jika
meledak, cukup untuk menghancurkan gedung ini. Aku berharap tidak bertemu
dengan psikopat itu. Eh? Psikopat? Aku pikir itu julukan yg cocok untuknya.
Menuruni tangga menuju ruang bawah tanah. dan menggunakan kunci untuk membuka
pintu keruang generator. Wow, suaranya sangat berisik di ruang ini. Aku bahkan
bisa tuli bila berada sangat lama disini. Aku harus segera memasang
peledak-peledak itu sebelum si “M&M” datang.
Setelah
memasangi peledak itu di generator yang ada di tempat ini, aku segera keluar,
mengunci pintu dan naik ke lantai dasar. Aku berlari menuju lobby, berharap tak
bertemu dengannya. Aku terus berlari hingga sampai dilobby. Di lobby, aku tak
percaya terhadap apa yang aku lihat. Sam masih hidup! Dia hanya tergeletak
lemas dilantai sementara itu aku lihat sekeliling, aku melihat tubuh beberapa
jasad pasien diletakan di setiap pilar yg menopang gedung ini. Aku segera
menghampiri Sam.
“Sam,
bangun! Kita harus segera pergi dari sini!”
“dia
tak akan bangun.” Tiba-tiba suara si “M&M” terdengar dari belakangku.
“aku
sudah membiusnya agar dia tidak menyulitkanku dalam bermain denganmu.” Dia
terdengar sedikit mengancamku
“apa
yg kau mau dariku?” aku menodongkan handgunku
“oh,
sebuah handgun ya? Sepertinya itu takkan berguna untuk melawanku.”
“terdengarnya
seperti meremehkan ku.” Aku bersiap menarik pelatuk pistolku
“silahkan
saja bila kau ingin menembakan benda itu padaku.” Dia benar-benar meremehkanku.
Kali ini aku tak akan Ragu!
DOR!!!
Suara
tembakan yg keras itu benar-benar memecahkan keheningan di RSJ itu. Pasti dia
sudah tertembak.
“apa
kau yakin itu benar-benar sebuah tembakan?” suaranya masih ada? Tak mungkin!
“ba-bagaimana
bisa?!” aku tak percaya
STAB!!!
“ya,
muka terkaget seperti itu yg ku mau!” katanya dibelakangku sambil menusukan
pisaunya ke perut Sam.
“Sam?”
aku memutarkan kepalaku kearah tubuh Sam
“Kau!!!”
aku benar-benar marah
“YA!
YA! Begitu! Keluarkan segala amarahmu! Segala emosimu! Itulah yg kumau!” dia
benar-benar terlihat senang.
“K-K-KAU!!!”
DOR!
DOR! DOR!
Aku
menembakan handgun ku kearahnya. Dia berjingkrak-jingkrak menghindari
tembakanku.
TREK.
TREK. TREK.
Sial!
Aku kehabisan amunisi!
“giliranku!”
dia menusuk perutku. Di-dia cepat sekali!
“ya,
aku memang cepat sekali. Kau tak akan bisa menyentuhku bahkan dengan sebuah
handgun atau sebuah machinegun sekalipun.” Katanya. Aku pun memegangi tangannya
dengan erat.
“hmm,
apa yg akan kau lakukan? Kau takkan bisa melukaiku hanya dengan memegangi
tanganku.”
“kau
pikir aku hanya memegangi tanganmu?” akhirnya aku bisa tersenyum. Mungkin
senyuman terakhir ku.
“mari
kita ke neraka bersama!” Teriakku tepat didepan mukanya.
BOOM…
BOOM… BOOM…
Peledak
yg ku pasangpun meledak. Dan dalam lima menit, gedung ini akan hancur.
Langit-langit gedungpun mulai runtuh. Namun ledakannya lebih besar dari yg
kuduga. Terlihat cahaya dari lorong A1. Api mulai menjulur keluar!
“jadi,
kau ingin kita mati bersama ya? Haha pili…”
“tentu
saja tidak, bodoh!” aku langsung melempar tubuhnya kearah lorong A1. Dengan
begitu dia akan terbakar. Lau aku mengambil tubuh Sam dan berlari keluar.
Sedikit lagi! Aku bisa! Tepat di pintu masuk RSJ aku melompat keluar. Setelah
aku mendarat, api yg sangat besar menjulur keluar. Melihat api-api itu, rasanya
sangat lelah. Cahaya matahari terbit pun menyoroti tubuh kami. 3 jam ini
rasanya sudah seperti beberapa hari. Aku sudah tak kuat menahan lelah ini
hingga hal terakhir yang aku ingat adalah aku terjatuh dan menutup mataku.
---
1 minggu kemudian ---
Ahhhh,
akhirnya aku diperbolehkan untuk keluar rumah sakit. Tapi karena kondisiku yg
masih belum stabil, aku masih harus dirawat hingga besok. Hanya untuk
memastikan. Hah… pengalaman minggu lalu itu tak akan pernah terlupakan olehku.
Aku benar-benar tak sabar untuk kembali kepada keluarga besarku yg kucintai.
Dan melupakan semua yg telah terjadi…
“permisi…”
kata salah satu perawat
“ohya,
silahkan masuk.”
“maaf
menggangu, ini ada surat yg ditujukan pada bapak.” Kata perawat itu sambil memberikan
surat tersebut.
“dari
siapa?” aku pikir itu dari keluargaku
“tak
tahu, tapi disini dituliskan dari teman lama.” Kata perawat tersebut
“teman
lama? Yasudah, kalau begitu terimakasih.” Kataku
“sama-sama.”
Perawat itupun meninggalkanku
Teman
lama? Aku punya banyak teman lama saat dulu bekerja. Namun yg paling penting,
apa isinya ya? Aku buka surat itu dan surat itu berisi.
“Permainan
Belum Berakhir… sampai bertemu pada jam 3 A.M.”
“tertanda
M&M”
---
THE END ---