Jumat, 26 Desember 2014

3 A.M. :Asylum Madness

RSJ Popsomp Hills, Sebuah rumah sakit jiwa yg pada dasarnya biasa saja. Ya, biasa saja hingga terjadi sebuah tragedi yg menimpa Rumah sakit jiwa ini…
Saat itu bulan desember benar benar bulan yg mengerikan. Aku benar benar tak akan melupakan kejadian ditempat aku bekerja …
Ohya, namaku Will Brown. Umurku 25 tahun. Cukup muda untuk pekerjaan ini, tapi percayalah aku adalah satu-satunya penjaga senior di tempat ini. Malam itu adalah malam yg paling mengerikan yg pernah aku rasakan. Seandainya aku tahu akhirnya akan seperti ini, dulu aku tak akan menerima pekerjaan ini dan mengemis di kota yg tentunya akan lebih mudah. Tak ada yg namanya berurusan dengan orang gila atau semacamnya.
Ini sebenarnya hari terakhirku bekerja di RSJ ini. Aku akan segera keluar dari RSJ ini karena kontrakku hampir habis! Haha. Akhirnya, aku bisa hidup tenang. Namun atasanku adalah orang yg selalu jago merayu orang… bahkan akupun tak bisa menolak tawarannya
Saat itu aku baru saja selesai mengemasi barang-barangku. Aku sudah siap pergi dan seseorang menghalangiku.
”ah, Will… kau akan pergi secepat ini?” kata atasanku
“ya, aku ingin segera hidup tenang. Lagipula, mengapa kau bertemu denganku?” aku merasakan bahwa dia akan memintaku untuk berbuat sesuatu.
“mmm, aku meminta kau untuk menjadi petugas keamanan RSJ ini, sekali lagi saja! Aku mohon.” Benar dia memintaku untuk menjadi petugas RSJ lagi. Cih, padahal aku ingin segera keluar dari tempat ini.
“maaf, aku harus menolak tawaranmu. Aku benar-benar ingin pulang dan bertemu keluarga besarku. “
“begini, aku beri kau gaji tambahan yg besar bila kau mau bekerja kembali untuk tempat ini… sampai perayaan tahun baru saja… aku mohon…” dia benar-benar membuatku muak
“sudah kubilang aku tak akan mau…” aku berusaha untuk menolaknya.
“oke, gaji tambahannya akan kubuat agar kau bisa memenuhi kehidupan seluruh keluargamu.” Dia benar-benar menginginkanku untuk bekerja dengannya lagi
“Sudah kubilang…”
“kalau begitu, aku tak akan mengganggumu lagi jika kau menerima pekerjaan ini.” Kali ini aku sudah tak kuat untuk menolak tawarannya. Bukan karena tawarannya yg menggiurkan, tapi dia benar-benar mengesalkan.
“Oke… aku benar-benar ingin berada dirumah saat tahun baru, tapi mengingat uang yg aku miliki sekarang tak cukup banyak untuk merayakan tahun baru. Mungkin aku akan menerima tawaran pekerjaanmu.” Kuharap aku tak menyesali keputusanku ini.
“haha, terimakasih Will! aku sangat berterimakasih kepadamu.” dia sepertinya terlihat sangat bahagia.
Sekarang aku kembali menggunakan baju petugas keamanan. Dan aku mulai bekerja pada jam 12 tengah malam sebagai penjaga kamera cctv. Pekerjaan yg cukup aman. Namun entah mengapa aku merasakan hal yg aneh. Aku merasa akan terjadi sesuatu hal.
“hei Will! Kau kembali bekerja? Baguslah, aku akhirnya memiliki teman berjaga.” Kata rekan kerjaku Sam
“ah, Sam. Sepertinya aku kembali bekerja disini. Ohya, siapa saja ya yang masih bekerja menjadi keamanan disini?” aku berharap tidak bekerja sendiri
“yah, masih ada Leon,Ryan, dan Kyle.” Jawabnya
“baguslah, setidaknya kita tak bekerja sendiri.” Aku lega
“ohya, kau tak menyebut nick?” aku penasaran
“hmmm, nick tiba-tiba kehilangan akal sehatnya.” jawab sam.
“oh, jadi aku dipekerjakan kembali untuk menggantikan dia ya?” aku mencoba menebak
“tidak juga. Akupun tak tahu mengapa kau mau kembali ke pekerjaan mengerikan ini.”
“oke, baiklah. Sebentar lagi jam 11 malam. Briefing akan segera dimulai. Lebih baik kita segera berkumpul dengan yg lain.” Saranku
“kau benar. Ayo…” dia setuju dan kamipun langsung menuju ruang security.
Disana Leon,Ryan, dan Kyle sudah menunggu kami. Kami tak banyak basa-basi dan langsung melakukan briefing, mempersiapkan alat berjaga, mengatur kamera cctv, dan….. menyiapkan makanan untuk nanti dimakan saat kami beristirahat. Ohya, kami juga mulai menutup dan mengunci satu per satu kamar milik para pasien. Sebenarnya aku lebih suka memamnggilnya sel dibanding dengan kamar… tapi, sudahlah. Itu bukan masalah besar.
TENG… TENG… TENG…
Jam pun berdentang 3 kali yg menunjukan bahwa sekarang sudah masuk jam 12 tengah malam. Aku dan Sam menjadi penjaga cctv, sementara Leon,Ryan, dan Kyle menjadi penjaga keliling. Kami berganti shift kerja pada jam 3 pagi –jam yg paling sering dikaitkan dengan kejadian horor–.
Satu jam berlalu… tak terjadi apa-apa, yang aku lakukan hanyalah berbincang dengan sam dan sesekali melihat kamera cctv. Aku bisa tahu apa yg terjadi diruangan security, lobby, lorong-lorong, dan beberapa tempat kecuali kamar para pasien.
Dua jam berlalu… keadaan masih sangat sepi… aku bisa melihat Leon yg sedang mengecek lorong A2 dan sedang mengecek setiap ruangan dengan melirik ke sebuah lubang khusus. Terkadang sangat lucu saat Leon melirik kedalam sebuah kamar dan melompat terkaget… aku dan Sam tertawa sesuka kami… selanjutnya tak ada yg menarik lagi
Sekarang jam 2.30. merupakan jam istirahat kami. Leon, Ryan dan Kyle dalam perjalanan menuju kemari. Mereka akan sampai dalam 15 menit. Aku dan Sam pun bersiap untuk berjaga mengelilingi RSJ ini. Dalam beberapa hal, aku merasakan perasaan yg tidak enak. Aku merasa bahwa aku sedang diawasi.
Setelah selesai bersiap, aku dan Sam langsung menuju CCTV untuk melihat keadaan terakhir sebelum kita pergi. Tapi, tunggu… aku rasa aku melihat ada seseorang sedang berdiri di lorong A2 yg dilewati Leon. Aku melihat kamera lain untuk mencari penjaga yg sedang berjalan dekat lorong A2. Dan kebetulan Kyle sedang berjalan di gudang yg posisinya tak jauh dari lorong A2. Aku pun menghubungi Kyle lewat walkie talkie yg kami bawa.
“Kyle, apa kau bisa mendengarku” aku mencoba menghubungi Kyle
“yap, ada apa?” Kyle menjawab
“kau bisa pergi ke lorong A2? Di CCTV aku bisa meli…” Tunggu sebentar… aku yakin tadi orang itu masih ada di lorong A2… dia menghilang! Aku pikir itu hanya halusinasiku saja…
“uh, tak jadi, aku tadi sepertinya sedikit berhalusinasi.” Aku menghubungi Kyle tanpa melihat cctv.
“Kyle?” Dia tak menjawab… akupun melihat cctv dan sudah tak melihat Kyle disana… sejenak aku berpikir bahwa Kyle sudah berjalan kesini. Maka akupun kembali menunggu mereka bertiga untuk kembali.
“hey Sam.” Aku mencoba menenangkan hatiku dengan berbicara pada Sam.
“apa? Kau ketakutan? Kau adalah keamanan yg sudah senior disini. Kau tak akan dengan mudahnya ketakutan seperti itu”
“meskipun aku sudah senior disini, tapi aku tak pernah merasakan tekanan sebesar ini.”
“sudahlah itu mereka sudah datang.” Sam menunjuk bayangan yg datang
“hei Sam! Hei Will! Kalian sudah siap?” kata Ryan
“kami siap, tunggu… Dimana Kyle?” Sam sadar bahwa yg datang hanya Ryan dan Leon
“dia belum datang? Kami kira dia sudah duluan…” Ryan dan Leon bingung
“lebih baik aku dan Sam mencarinya. Sekalian giliran kami yg berkeliling.” Saranku
“tapikan shift kalian dimulai 5 menit lagi?” Ryan menahan kami
“sudahlah, 5 menit ini kami gunakan untuk mencari Kyle. Setelah itu lanjut ke pekerjaan kami.” Kataku
“baiklah kalau begitu. Silahkan, kami akan mengawasi kalian lewat cctv.” Kata Leon
“memang seharusnya begitu.” Aku tersenyum kecil.
Aku dan Sam pun mulai bergerak bersama hingga lobby melewati lorong A1. Di lobby, kami memutuskan untuk berpencar.
“Sam, aku akan pergi ke lorong A2 dan gudang. Kau coba cek lorong A3 dan sekitarnya.” Kataku
“bagaimana dengan lorong A4” tanya Sam
“kita akan mengecek lorong itu bersama.” Kataku
“apa kau yakin?” Sam terlihat ragu
“yakin sekali…” aku mencoba meyakinkan Sam
“kalau begitu baiklah. Kita mulai berpencar.” Sam pun pergi.
Begitu juga denganku. Aku pun mulai bergerak menuju lorong A2. Dan saat aku masuk ke lorong itu, keadaannya sangat dingin, aku benar-benar merasakan tekanan saat aku masuk kelorong ini. Entah mengapa aku merasa aku harus memeriksa ruang kamar para pasien RSJ ini, namun aku tak punya keberanian untuk memeriksanya. Akupun lanjut menyusuri lorong ini dengan cahaya senter yg kubawa. Sebenarnya ada cahaya lampu. Tapi cahaya lampu tersebut benar-benar tidak bisa dibilang menyala. Aku terus menyusuri lorong itu hingga sampai didepan pintu gudang. Lagi, ada sebuah perasaan yg sangat janggal saat aku akan membuka pintu tersebut dan, aku merasa aku sedang diawasi. Bukan oleh cctv, tapi oleh “sesuatu”. Aku mencoba menghilangkan perasaan takut itu.
“Will? Will, apa kau bisa mendengarku?” semua pikiranku buyar oleh suara walkie talkie.
“uh, Ryan, ada apa?” aku segera mengambil walkie talkie ku
“kau lebih baik berhati-hati, aku tak sengaja melihat bayangan didalam gudang.” Kata Ryan dengan suara yg sedikit ketakutan.
“memang  bayangan apa yg kau lihat?” aku penasaran
“ada seseorang sedang duduk ditengah ruangan. Kau lebih baik berhati-hati.” Ryan memperingatkanku sekali lagi.
“baiklah.” Akupun mengeluarkan pisau yg kubawa. Sebenarnya aku ingin menggunakan handgun yg aku simpan, tapi itu akan membuat keributan, dan itu mempersulit pekerjaanku.
Aku mulai memutar gagang  pintu gudang. Dengan sangat perlahan aku membuka pintu gudang tersebut. Saat aku membuka pintu tersebut, tiba-tiba lampu didalam gudang mati. Aku langsung mengarahkan senterku ke segala sisi di dalam gudang dan saat aku menyorotkan lampuku, benda itu mati. Aku pun bergerak kedalam gudang secara perlahan dan mencari tombol untuk menyalakan lampu gudang. Aku terus menyusuri dinding di ruangan yg super gelap ini. Akupun berhasil merasakan tombol untuk menyalakan lampu. Tepat saat aku akan menekan tombol itu, aku mendengar suara langkah kaki. Aku dengan refleks menekan tombol itu dan langsung melihat kebelakang…
Aku hanya bisa berlutut saat melihat Kyle sudah tak bernyawa. Namun, hal yg membuatku benar-benar membuat kakiku lemas adalah… Kyle mati dengan tragis. Dengan posisi terduduk, kepalanya tertunduk. Bola mata kanannya tercongkel dari lubang matanya hingga keluar namun masih teruntai karena tertahan oleh saraf mata yg masih tersambung. Darah dimana-mana, ususnya yg terburai keluar hingga memperlihatkan bekas makanannya yg masih dicerna. Tak hanya itu, rahang bawahnya pun entah kemana sehingga mulutnya seolah menganga kesakitan dan matanya yg sebelah pun hanya terbelalak ketakutan. Aku sudah hampir tak bisa melihatnya lagi hingga aku melihat seseorang di pintu masuk gudang.
“Aku akan bermain denganmu nanti.” Mungkin itu yg diucapkan oleh gerakan mulutnya. Saking shocknya aku, aku tak dapat mendengar apa yg dia katakan.
“siapa kau?” aku bertanya ketakutan.
Dia hanya memberikan senyuman. Setelah itu, dia mengangkat tangannya dan menjentikan jarinya. Dalam sekejap lampu pun mati. Tak hanya lampu gudang, aku bisa melihat lampu di lorong juga mati. Dan satu hal yg bisa kurasakan adalah, dia menutup pintu gudang dan menguncinya dari luar. Untungnya kunci pintunya tidak bisa dilepas, sehingga orang lain masih bisa menyelamatkanku dari luar. Meskipun aku masih bisa diselamatkan, aku benar-benar terganggu dengan kegelapan total di ruangan ini.
“halo, Will, Sam, kalian tak apa-apa?” terdengar suara Ryan dari walkie talkie ku
“aku tak apa…” terdengar Sam membalas
“Will?” terdengar suara Ryan
“aku juga tak apa… tapi aku ingin kalian berhati-hati, Kyle dibunuh dengan sadis. Dan dia mengunciku di gudang.” Aku menjelaskan keadaan yg terjadi
“baiklah, Leon akan ke ruang kontrol untuk menyalakan lampunya. Will kau diam dulu disana, dan Sam, kau lebih baik segera menyelamatkan Will.” Perintah Ryan
“Baik.” Jawab Will
Trek…Trek…
Seseorang mencoba membuka pintu. Aku langsung menuju pintu dan menodongkan pisau kearah pintu tersebut. Pintu itupun terbuka, cahaya dari sebuah senter menyilaukanku. Akupun langsung menghunuskan pisauku kearah cahaya itu. Tanganku ditahan dan seseorang berbicara.
“hei, hei… ini aku Sam.” Ternyata itu adalah Sam
“oh Sam, maafkan aku.”
“apa itu?” Sam menunjuk kebelakangku
“i-itu Kyle.”  Sam langsung memalingkan mukanya
“ayo kita pergi ke ruangan security.” Dia membantuku berdiri
“baiklah.”
Kamipun melewati lorong A2 lagi. Kali ini aku benar-benar penasaran denga kamar para pasien. Akupun melirik ke kamar nomor 13. Aku menggunakan lubang khusus untuk melirik kedalamnya. Ada secerca cahaya didalamnya dan seseorang tertidur didalamnya. Namun saat melihat keadaan disekitarnya, aku melihat kearah bawah kasurnya dan ada genangan darah di bawahnya. Akupun membuka kamar itu dan masuk kedalamnya. Aku buka selimut tebalnya, dan aku melihat lengannya sudah terputus dari bahu dengan darah yg sudah menyebar kemana-mana. Dan juga ada bekas tusukan pisau di dahinya. Dia benar-benar pria yg malang.
“Will, apa yg kau lakukan disini?” Sam menepuk bahuku
“coba cek kamar lainnya.” Dia sempat kebingungan dan melihat ke jasad pasien itu sejenak.
Kami mulai mengecek satu persatu kamar yg ada di lorong ini. Benar-benar tragis apa yang terjadi. Semua pasien yg ada di lorong ini sudah tek bernyawa dalam keadaan yg sangat tragis. Ada yg kehilangan mata, ususnya terburai, lidahnya terpotong, kepala yg ditemukan dibawah tempat tidur, dan organ dalam yg tak pada tempatnya. Aku sudah benar-benar ingin keluar dari tempat ini.
“lebih baik kita segera bertemu dengan yg lain.” Kata Sam
“baiklah, itu benar. Aku akan memberitahukan ini kepada yg lain.” Kata ku
“Ryan, Leon, kalian bisa dengar aku?” aku mencoba menghubungi mereka
“Terdengar jelas.” Jawab Ryan
“disini juga terdengar jelas.” Leon pun menjawab panggilanku
“oke keadaan disini sangat parah seluruh pasien di lorong A2 telah dibunuh. Kalian harus berhati-hati. Ada yg tidak beres dengan tempat ini.” Aku dan Sam berlari menuju ruang security.
Saat kami mencapai lobby, lampu pun menyala. Rasanya aku ingin pergi ketempat Leon dan berterima kasih padanya, tapi keadaan kali ini memaksaku untuk mencari keamanan terlebih dahulu.
“terimakasih Leon” ucapku di walkie talkie.
“mungkin itu ucapan terima kasihmu untuknya yang terakhir.” Aku terkaget bahwa yg berbicara bukanlah Leon.
“Kau! Apa yg kau lakukan pada Leon?!”
“aku melakukan hal apa? Pfft, kau pasti sudah tahu apa yg akan aku lakukan. Janganlah berpura-pura tidak tahu” kata orang itu.
“mengapa kau melakukan hal ini?! Mengapa!!” aku benar-benar kesal
“jika kau ingin tahu mengapa, kau lebih baik datang kesini. Dan jangan terlambat… dia tidak akan bertahan lama…” cih dia membuatku kesal
Aku segera berlari menuju ruang kontrol.
“apa yg kau lakukan Will?” tanya Sam
“kau pergi saja ke ruang security, aku akan menjemput Leon.” Jawabku sambil berlari.
Untuk menuju ruang kontrol aku harus melewati lorong A4, lorong yg paling mengerikan. Lorong ini sudah jarang dilewati oleh orang lagi, meskipun di siang hari karena keangkerannya. Lorong ini juga gelap. Aku beberapa kali menabrak benda di lorong itu. Dan satu hal lagi, itu adalah lorong yg cukup panjang.
“hei Ryan, apa kau bisa melihat ruang kontrol lewat cctv?” tanyaku lewat walkie talkie
“Blank, semuanya hitam, aku tak bisa melihat apa-apa” jawab Ryan
“cih, baiklah terimakasih.” Aku mempunyai firasat buruk. Aku harus terus berlari.
Aku akhirnya melihat pintu ruang kontrol. Aku berlari secepat yang ku bisa. Dan saat aku mencapai tempat itu, aku langsung masuk dan tak bisa melihat apa-apa didalamnya. Aku menekan tombol lampu disebelah pintu dan ruangan itupun dalam sekejap menjadi terang.
“dia beruntung kau tak terlambat.” Kata seseorang dengan jaket hoodie yang terduduk di tengah ruangan.
“dimana dia?”
“dia? maksudmu teman malangmu itu?”
“ya! Temanku itu!”
“ini dia.” orang itu memindahkan kursinya dan aku melihat Leon sedang diikat ke tembok hingga dia tak bisa bergerak.
“Leon!!!” aku mendekatinya
“jangan mendekat…” Leon terlihat ketakutan
“apa yg terjadi Leon?”
“Menunduk!!!” Leon berteriak dengan kencang
Akupun dengan refleks melihat kebelakang dan terkaget ada palu besar berayun dari atas. Aku langsung menunduk, tidak demikian dengan Leon. Palu itu berayun tepat kearah kepala Leon, dan satu hal yg tak ingin aku lihat, kepala Leon pun Pecah dengan cipratan darah , tulangnya yg hancur, dan mungkin otaknya yg juga ikut pecah. Aku benar-benar marah, aku sudah tak tahu harus bagaimana. Tapi satu pikiran yang muncul adalah… BUNUH DIA!!! aku langsung memutar badanku kebelakang dan menyadari, dia sudah tak ada. Yang aku lihat hanya tulisan yg ditulis menggunakan darah bertuliskan. “Aku akan bermain denganmu nanti.”
Aku berlari keluar dari ruangan itu. Secepat mungkin aku harus bertemu yang lain. Jika aku terlambat, maka nasib merekapun akan sama seperti Leon ataupun Kyle.
BRUK!!!
Suara itu?! Sial! Aku harus cepat. Aku sudah tak tahu apa yang akan orang itu lakukan kepada kedua temanku. Aku akihrnya masuk lorong A1, jalan menuju ruangan security. Aku mempercepat lariku. Aku hanya bisa berharap untuk bisa menyelamatkan temanku.
BRUK!!!
Sial! Aku tersandung oleh gagang pel. Padahal pintu ruangan security sudah berada didepan mata. Dan seseorangpun keluar. DIA!!! kali ini aku bisa melihat mukanya dengan sangat jelas. Mukanya putih, kelihatannya dia sangat muda. biasa saja tak ada yang aneh, hingga aku melihat matanya. Matanya bukan mata milik seorang manusia, melainkan mata seekor reptil!!!. Dia tersenyum padaku.
“kau lebih baik menikmati pertunjukannya. Itu akan menyenangkan.” Diapun berlari menuju pintu darurat.
Akupun segera berdiri dan masuk kedalam ruangan tersebut. Apa yang kulihat benar-benar cukup mengerikan. Ryan sudah terikat. meskipun dia masih hidup, orang itu memasang petasan yg berdaya ledak cukup tinggi di pergelangan kaki, selangkangan,perut, dada, dan mulutnya. Ryan benar-benar tak bisa bergerak. Mulutnya tak bisa bergerak hingga dia tak bisa mengeluarkan petasan tersebut.
DOR!!! DOR!!! DOR!!! DOR!!!
Petasanpun meledak hingga aku melihat beberapa bagian tubuhnya yg ditempeli petasan. Beberapa organ dalam pun terlihat. Ada yang utuh, ada yang hancur. Aku rasa dia Ryan merasakan sakit yg amat sangat terlebih dahulu sebelum mati. Karena ledakannya tidak berlangsung secara bersamaan. Pertama ledakan dikaki tidak terlalu besar sehingga hanya menimbulkan luka bakar, lalu selangkangan yg menghancurkan organ reproduksinya, lalu dada dan perut yg memperlihatkan organ dalamnya, dan akhirnya ledakan paling besar yaitu dimulutnya menghancurkan seluruh kepalanya.
Aku hanya bisa terpaku melihat temanku mati begitu saja didepan mataku. Aku… tak tahu… sekarang harus apa… akupun sudah tak ingin membunuhnya lagi… aku… aku… aku… aku hanya bisa menangis. sudah kuduga jika aku pergi dari tempat ini daridulu, aku tak akan melihat hal yg mengerikan seperti ini.
Aku mencoba berdiri namun tak bisa. Hanya kepedihan dan kesedihan yg aku rasa. Aku sudah tak ingin hidup lagi. Bunuh saja aku! Kau tak perlu mempermainkanku lagi. Sekarang sudah jam 5 pagi. Aku harusnya sudah berkemas, dan tinggal duduk didepan cctv untuk menunggu satu jam lagi. Kesenangan yang biasa aku bagi. Hilang ditelan tragedi. Disaat aku sudah pasrah, aku melihat sepucuk surat. Surat itu berisi.
“ada tiga jalan yg kau bisa pilih dari sini. Pertama, kau memilih untuk pergi dan aku akan terus mengikutimu kemanapun kau pergi. Kedua, membunuhku disini bagaimanapun caranya dengan batas sampai jam 6 pagi. Dan terakhir. Kau menjadi mainanku disini. Tertanda, M&M”
Huh? “M&M”? seperti nama artis saja… membunuhnya ya? Entah mengapa, aku kepikiran untuk melakukan pilihan pertama dan kedua secara bersamaan… baiklah kalau begitu! Akan kuledakan diriku bersama dirinya disini juga!
Aku segera berdiri dan mengambil beberapa peledak berdaya ledak yg sangat tinggi. Setelah itu aku berlari menuju ruang generator. Generator disini sangat besar. jika meledak, cukup untuk menghancurkan gedung ini. Aku berharap tidak bertemu dengan psikopat itu. Eh? Psikopat? Aku pikir itu julukan yg cocok untuknya. Menuruni tangga menuju ruang bawah tanah. dan menggunakan kunci untuk membuka pintu keruang generator. Wow, suaranya sangat berisik di ruang ini. Aku bahkan bisa tuli bila berada sangat lama disini. Aku harus segera memasang peledak-peledak itu sebelum si “M&M” datang.
Setelah memasangi peledak itu di generator yang ada di tempat ini, aku segera keluar, mengunci pintu dan naik ke lantai dasar. Aku berlari menuju lobby, berharap tak bertemu dengannya. Aku terus berlari hingga sampai dilobby. Di lobby, aku tak percaya terhadap apa yang aku lihat. Sam masih hidup! Dia hanya tergeletak lemas dilantai sementara itu aku lihat sekeliling, aku melihat tubuh beberapa jasad pasien diletakan di setiap pilar yg menopang gedung ini. Aku segera menghampiri Sam.
“Sam, bangun! Kita harus segera pergi dari sini!”
“dia tak akan bangun.” Tiba-tiba suara si “M&M” terdengar dari belakangku.
“aku sudah membiusnya agar dia tidak menyulitkanku dalam bermain denganmu.” Dia terdengar sedikit mengancamku
“apa yg kau mau dariku?” aku menodongkan handgunku
“oh, sebuah handgun ya? Sepertinya itu takkan berguna untuk melawanku.”
“terdengarnya seperti meremehkan ku.” Aku bersiap menarik pelatuk pistolku
“silahkan saja bila kau ingin menembakan benda itu padaku.” Dia benar-benar meremehkanku. Kali ini aku tak akan Ragu!
DOR!!!
Suara tembakan yg keras itu benar-benar memecahkan keheningan di RSJ itu. Pasti dia sudah tertembak.
“apa kau yakin itu benar-benar sebuah tembakan?” suaranya masih ada? Tak mungkin!
“ba-bagaimana bisa?!” aku tak percaya
STAB!!!
“ya, muka terkaget seperti itu yg ku mau!” katanya dibelakangku sambil menusukan pisaunya ke perut Sam.
“Sam?” aku memutarkan kepalaku kearah tubuh Sam
“Kau!!!” aku benar-benar marah
“YA! YA! Begitu! Keluarkan segala amarahmu! Segala emosimu! Itulah yg kumau!” dia benar-benar terlihat senang.
“K-K-KAU!!!”
DOR! DOR! DOR!
Aku menembakan handgun ku kearahnya. Dia berjingkrak-jingkrak menghindari tembakanku.
TREK. TREK. TREK.
Sial! Aku kehabisan amunisi!
“giliranku!” dia menusuk perutku. Di-dia cepat sekali!
“ya, aku memang cepat sekali. Kau tak akan bisa menyentuhku bahkan dengan sebuah handgun atau sebuah machinegun sekalipun.” Katanya. Aku pun memegangi tangannya dengan erat.
“hmm, apa yg akan kau lakukan? Kau takkan bisa melukaiku hanya dengan memegangi tanganku.”
“kau pikir aku hanya memegangi tanganmu?” akhirnya aku bisa tersenyum. Mungkin senyuman terakhir ku.
“mari kita ke neraka bersama!” Teriakku tepat didepan mukanya.
BOOM… BOOM… BOOM…
Peledak yg ku pasangpun meledak. Dan dalam lima menit, gedung ini akan hancur. Langit-langit gedungpun mulai runtuh. Namun ledakannya lebih besar dari yg kuduga. Terlihat cahaya dari lorong A1. Api mulai menjulur keluar!
“jadi, kau ingin kita mati bersama ya? Haha pili…”
“tentu saja tidak, bodoh!” aku langsung melempar tubuhnya kearah lorong A1. Dengan begitu dia akan terbakar. Lau aku mengambil tubuh Sam dan berlari keluar. Sedikit lagi! Aku bisa! Tepat di pintu masuk RSJ aku melompat keluar. Setelah aku mendarat, api yg sangat besar menjulur keluar. Melihat api-api itu, rasanya sangat lelah. Cahaya matahari terbit pun menyoroti tubuh kami. 3 jam ini rasanya sudah seperti beberapa hari. Aku sudah tak kuat menahan lelah ini hingga hal terakhir yang aku ingat adalah aku terjatuh dan menutup mataku.
--- 1 minggu kemudian ---
Ahhhh, akhirnya aku diperbolehkan untuk keluar rumah sakit. Tapi karena kondisiku yg masih belum stabil, aku masih harus dirawat hingga besok. Hanya untuk memastikan. Hah… pengalaman minggu lalu itu tak akan pernah terlupakan olehku. Aku benar-benar tak sabar untuk kembali kepada keluarga besarku yg kucintai. Dan melupakan semua yg telah terjadi…
“permisi…” kata salah satu perawat
“ohya, silahkan masuk.”
“maaf menggangu, ini ada surat yg ditujukan pada bapak.” Kata perawat itu sambil memberikan surat tersebut.
“dari siapa?” aku pikir itu dari keluargaku
“tak tahu, tapi disini dituliskan dari teman lama.” Kata perawat tersebut
“teman lama? Yasudah, kalau begitu terimakasih.” Kataku
“sama-sama.” Perawat itupun meninggalkanku
Teman lama? Aku punya banyak teman lama saat dulu bekerja. Namun yg paling penting, apa isinya ya? Aku buka surat itu dan surat itu berisi.
“Permainan Belum Berakhir… sampai bertemu pada jam 3 A.M.”
“tertanda M&M”
--- THE END ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages