Selasa, 24 Februari 2015

3 A.M. : Total Slaughter






Namaku John, John Peterson. Anak buangan dari sebuah keluarga kaya yang akhirnya bekerja disebuah rumah sakit jiwa. Aku sungguh hina. Anak kaya yang bekerja ditempat yang penuh dengan orang yang sudah kehilangan akal. Mungkin nanti aku akan menjadi salah satu dari mereka suatu saat nanti.

            Sebenarnya pekerjaanku hanya memindahkan pasien dari satu tempat ke tempat lain saja. Tidak begitu berbahaya kecuali orang yang aku pindahkan adalah presiden yang menyamar sebagai orang gila dan diincar oleh kelompok teroris. Ya, itu tak mungkin. Tapi ternyata pekerjaan ini jadi berbahaya juga setelah hal yang aku alami selama ini.

            “Apa kau siap untuk melakukan pemindahan para pasien?” Tanya bos-ku
            “tentu saja, aku siap kapanpun pak.” kataku
            “baguslah John, aku mengandalkanmu kali ini.” kata bos-ku Sambil menepuk pundakku
            “ngomong-ngomong, saya bisa melihat daftar pasien yang akan saya bawa?” tanyaku
            “oh boleh, ini daftarnya, dan juga profil pasien kita.” Kata bosku Sambil memberikanku sebuah dokumen
            “petugas john! Kita sudah harus berangkat sekarang.” kata bawahanku
            “baiklah aku akan segera menuju mobil.” Kataku Sambil bersiap
            “berhati-hatilah….” kata bos-ku
            “baik pak!” kata ku Sambil menghormat.

            Aku pun segera berjalan menuju mobil pengangkut para pasien. Sesuatu sebenarnya sedikit menggangguku, entah apa… tapi ku hiraukan saja… lagipula, ini hanya pekerjaan memindahkan pasien dari sebuah rumah sakit jiwa ke rumah sakit jiwa yang lain…
            Sesaat aku sudah Sampai di mobil pengangkut pasien, aku melihat seorang pasien yang meronta-ronta tak ingin naik mobilku ini… memang apa yang salah dengan mobilku? Yang aku dengar dia mengatakan “Dia sudah datang!” berkali-kali… sungguh itu sangat mengganggu, apalagi saat dia dinaikkan ke mobilku. Dia tak bisa diam… sepertinya perjalanan kali ini tak akan mengasikkan…
            “semoga beruntung john!” kata bos-ku
            Akupun menyalakan mobilku, dan akupun berangkat menuju rsj tujuan. Semuanya normal kecuali teriakan dan kegaduhan yang Will buat. Kebetulan, saat itu aku berkendara bersama salah satu petugas rsj.

            “itu adalah pasien bernama Will ya?” tanyanya
            “iya, berisik sekali dia… aku bingung kenapa dia bisa jadi seperti ini.” Kataku kesal
            “kau lebih baik bersiap untuk segala kemungkinan john. Hidup ini adalah wahana yang gila.” Katanya.
            “mmm, baiklah akan kuingat nasihatmu. Btw, apa yang terjadi pada mukamu yang kanan. Kau terlihat seperti two face musuhnya batman…” kataku bercanda
            “haha, kau akan tahu hal ini nanti.” Katanya mengelak
            “lagipula, didepan kita akan belok ke kiri.” Katanya menunjuk jalan
            “baik!” kataku Sambil memutar setir mobilku.

            Aku Sampai di di rsj tujuan bersama mobil yang lain. Semua mobil diparkirkan di parkiran belakang didalam bangunan tersebut. Saat aku keluar dari mobilku, tiba-tiba temanku di mobil tadi sudah tak ada. Akupun berkumpul dengan sahabatku Mike, Jay dan Kevin.
           
            “hey, bagaimana sekarang?” tanyaku
            “ayo kita pergi ke lobby-nya bersama.” Kata Mike
            “aku bersama petugas lain akan menunggu disini” kata Jay
            “jangan mengeluh bila sesuatu terjadi dan tak ada kita ya….” kata Kevin
            “sudahlah, kalau begitu kita harus segera menuju lobby. Jay, aku serahkan pasien di sini padamu dan yang lainnya.” Kataku Sambil berjalan menuju lobby

            Saat Sampai di meja resepsionis, membunyikan bel untuk memanggil resepsionisnya. Namun tak satupun yang muncul.

            “sudahlah, mungkin mereka lelah. Lagipula, kita datang pada jam 2 pagi. Mereka pasti sedang beristirahat.” Kata Kevin
            “hei semua! Aku menemukan sesuatu!” kata Mike memperlihatkan sebuah kertas
            “coba baca.” Kataku
            “kertas ini berisi kata ‘kita akan bermain pada jam 3 pagi. Selamat bermain!’ katanya” kata Mike
            “apa-apaan itu? Seseorang ingin mengajak kita bermain? Permainan apa yang dilakukan pada jam 3 pagi? Midnight man?” kata Kevin
            “mungkin saja. Tapi kita lebih baik segera menuju mobil lagi. Aku punya firasat buruk.” Ajakku.

            Disaat kami akan berjalan menuju mobil, tiba-tiba salah satu pasien kami berlari ketakutan.
           
            “aaaaaa!” katanya sambil berteriak.
            “tangkap dia!” kataku. Mike dan Kevin-pun segera menangkap pasien itu.
            “apa yang dilakukan Jay?” kata Kevin.
           
            Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari arah mobil kami. Sontak, kami pun segera berlari ke mobil itu.
           
            “apa-apaan ini? Kata Mike setelah melihat mobil kami yang sudah terbakar meledak.
            “lihat itu.” Kevin menunjuk ke suatu arah.

            Kami benar-benar tak percaya dengan apa yang kami lihat. Jay, teman kami. Dia mati dengan tragis. Seluruh kulitnya meng-hitam sudah gosong terbakar. Selain itu ada banyak bekas luka tusukan terutama di perut sehingga ususnya terburai keluar. Kami tak kuat melihat keadaan teman kami, bahkan Kevinpun sampai muntah-muntah di bawah sebuah pohon.

            “permainan apaan yang kertas itu bicarakan?” tanya Mike
            “aku tak tahu. Pertama, dia melepaskan para pasien. Kedua, dia meledakan mobil kita. Ketiga, dia membunuh Jay. Ini semua sangat aneh.” Aku bingung memikirkan hal ini

            Saat kami sedang berbincang, kami mendengar sebuah suara.

            “siapa itu!” kata Mike
            “tenanglah, ini aku Will brown.” Orang itu memunculkan dirinya
            “Will? Bukankah kau salah satu pasien dari…”
            “ya memang, saat ini aku masih bisa mengendalikan diriku. Tapi tak lama lagi, aku akan kembali menjadi gila bila serial killer itu muncul lagi.” Katanya memotong perkataanku
            “serial killer?” tanyaku
            “iya, dia membunuh seluruh pasien di rsj popsomp hill dan membunuh semua temanku. Dia memanggil dirinya m&m” Katan
            “oh begitu, berarti kita tak punya banyak waktu. Kita harus segera pergi dari sini.” Kata Kevin
            “tidak! Jangan, kalau kau pergi dari sini, maka kau akan diincar terus oleh m&m. Sama sepertiku sekarang.” Kata Will
            “jadi kita harus melawannya di tempat ini?” tanya Mike
            “ya, kurang lebih seperti itu.” jawab Will
            “kita harus buat rencana.” Saranku
            “iya, john benar sekali.” Kata Kevin
            “memang kita harus membuat rencana, tapi kita butuh denah tempat ini.” Kata Will
            “baiklah, aku tahu dimana denah itu berada.” Kataku.

            Kamipun kembali ke meja resepsionis, karena kupikir aku melihat denahnya di meja. Saat aku –atau tepatnya kami- mencari denah itu, aku menemukan sesuatu yang lagi-lagi tak bisa dipercaya. Saat aku membuka rak meja resepsionis, sesuatu yang ada didalamnya bukanlah kertas ataupun buku… tapi merupakan sepasang bola mata, jari telunjuk, dan sebuah lidah. Dan saak aku mencari rak yang lain, yang kutemukan adalah potongan tubuh seorang wanita. Mungkin wanita penjaga resepsionis ini. Dan setelah melakukan pencarian, aku tak menemukan apa-apa.
           
            “apa yang kau temukan?” tanya Mike padaku
            “hanya beberapa potongan tubuh milik petugas resepsionis.” Jawabku
            “sial, dia sudah mulai.” Kata Will
            “lalu apa yang kita lakukan sekarang?” tanyaku
            “aku tak tahu. Bagaimana menurutmu Kevin?” tanya Mike pada Kevin. Tapi tak ada jawaban.
            “Kevin? Kevin! Dimana kau?” kami baru menyadari kalau Kevin menghilang.
            “sial, dia benar-benar sudah memulainya.” Kata Will
            “kita pergi saja ke ruang keamanan, mungkin disitu kita bisa menemukan beberapa senjata dan melihat kamera cctv.” Saran Mike
            “saran yang bagus, kita lebih baik pergi ke ruangan itu sekarang. Dia mungkin tahu apa yang akan kita lakukan.” Kata Will
            “baiklah, ayo…” kataku dan kamipun berlari menuju ruang keamanan.
           
            Dalam perjalanan menuju ruang keamanan, kami melewati beberapa ruangan pasien yang terbuka. Dan pemandangan yang kami lihat tidak lebih dari mayat-mayat pasien rsj yang mati dengan tragis. Ada yang terbakar, mutilasi, dan segala macam bekas bentuk penyiksaan. Ada yang badannya terbelah dua secara vertikal, mukanya terbakar habis namun leher, dada, sampai ke kaki hanya ada bekas tusukan. Sepertinya itu adalah sambutan untuk kami.

            “apa kau pikir ini adalah ide yang bagus? Kupikir dia sudah tahu kita akan datang kemari” tanya Mike
            “tak ada pilihan lain, kita harus segera ke ruangan cctv.” Kata Will
            “aku harap dia tidak menunggu kita di sana.” Kataku

            Setelah berlari agak lama, kami akhirnya sampai di depan pintu ruang keamanan. Tunggu, didepan pintu? Ya, pintunya dikunci sehingga kami tak bisa masuk. Sial, dia sudah mengira kami akan menuju ruangan ini!
           
            “apa yang kita akan lakukan sekarang?” tanyaku
            “kita harus segera ke meja resepsionis untuk mencari kunci ruangan ini.” Kata Will
            “apa kau bercanda?” tanya Mike
            “aku serius Mike, kita harus segera kesana.” Kata Will
            “tenang, kita tak perlu kesana…” kataku
            “aku sudah mengambil kuncinya.” Lanjutku
            “dimana kau menemukannya?” tanya Mike
            “ada di sebelah pintu.” Kataku
            “yasudah, ayo masuk!” kata Mike.

            kamipun segera masuk ke dalam. Sial… ruangan itu gelap. Kami masuk perlahan kedalam ruangan itu, dengan senter, kami mencoba mencari tombol lampu ruangan itu. tiba-tiba, saat kami mencari tombol sialan itu, kami mendengar suara pintu yang tertutup. Kami dikunci, tak bisa keluar. Kami bergegas mencari tombol itu….

            KLIK

            Lampu pun menyala, untungnya Will bisa menemukan tombol lampu itu dengan cepat, Meskipun tidak cukup cepat untuk kita agar tak terkunci.

            “berita bagusnya kita berhasil menyalakan lampu.” Kata Will
            “dan berita buruknya, kita terkunci diruangan ini.” sambungku
            “apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Mike
            “kita cek keseluruhan ruangan ini. Mungkin kita akan menemukan sesuatu.” Kataku
            “memang seharusnya begitu, ayo kita harus bergerak dengan cepat.” Kata Will

            Kamipun menyisir bagian gudang keamanan. Ya, salah satu berita bagusnya, aku menemukan banyak senjata yang mungkin, bisa digunakan untuk melawan si m&m. sementara itu Mike berjaga di monitor cctv, dan Will mencari cara untuk membuka pintu ruangan ini.
           
            “ada yang sudah menemukan jalan keluar?” tanyaku sambil berjalan membawa banyak senjata
            “tidak, aku masih mencoba mencarinya.” Kata Will
            “seandainya Kevin ada disini, dia adalah yang paling jenius dalam keadaan seperti ini.” Celetuk Mike
            “sudahlah, bagaimana dengan senjata-senjata ini? Bisa digunakan?” tanyaku sambil memperlihatkan senjata yang aku bawa.
            “sini biar aku coba.” Kata Will
            “hati-hati.” Kata Mike memerhatikan Will
            “satu… dua… ti….”

            BOOM!!!

            Pintu itu diledakan dari luar, Will terpental kebelakangnya. Pintu itu terbuka, entah oleh siapa, dan bagaimana.

            “Will! Kau tak apa?” tanyaku sambil membantu Will berdiri
            “tak apa, terimakasih. Sekarang kita harus keluar.” Kata Will
            “ayo, baiklah!” kata Mike.

            Masing-masing dari kami membawa sebuah senjata. Untuk berjaga-jaga, kalau terjadi apa-apa. Untungnya tadi kami menemukan denah di ruang keamanan. Kami berjalan bersama, karena kami pikir berpencar adalah ide buruk untuk saat ini. Kau tak mau tak ada yang menolong saat kau butuh bantuan kan? Meskipun kita sudah bersama, semuanya tetap saja kacau…

            “kita harus berhati-hati.” Kata Will
            “suasananya cukup menyeramkan ya?” kata Mike
            “ya, maka dari itu kita harus waspada.” Kata Will

            KLIK… BOOM!!!

            “MIKE!!!” sial, Mike menginjak ranjau. Memang tak begitu besar ledakannya, tapi cukup untuk menghancurkan seluruh telapak kaki Mike.
            “ARGH! Tolong aku!” Mike sangat kesakitan kali ini. Bagaimana tidak? Dia kehilangan kakinya kanannya oleh sebuah ledakan.
            “akan aku bantu!” kata ku menghampiri Mike
            “awas!” teriak Will

            Saat aku berjalan untuk membantu Mike, tpat diatasku sebuah besi yang sangat besar terjatuh dari langit. Aku terjebak dalam sebuah Split Second yang sangat menegangkan. Aku tak tahu harus bagaimana, kakiku membeku, ketakutan dan adrenaline bercampur aduk menjadi satu. Dalam hitungan detik, Bongkahan besi yang besar itu akan menimpa tubuhku dan menghancurkan tiap-tiap ruas tulang yang ada dalam diriku. Dan tiba-tiba….

            “JOHN!”  kudengar suara Mike yang menghancurkan suasana split second yang membuat bongkahan besi itu dengan cepat meluncur kearahku

            BRUKK

            Saat suara besi yang menggema ke seluruh ruangan itu berakhir, aku kira aku sudah mati dalam keadaan tergeletak tertimpa bongkahan besi tersebut. Namun ternyata aku masih hidup. Aku membuka mata. Sungguh, aku bersyukur masih bisa selamat dari kejadian tadi namun….
            Mike, meskipun kaki kanannya sudah hancur, dia masih bisa melompat dan mendorongku. Dia mati tertimpa bongkahan besi tadi. Jelas, dia benar-benar remuk, warna merah sudah berada dimana-mana, kepalanya juga yang tertimpa hancur dan otak milik Mike pun ikut berceceran dimana-mana.

            “Mike….” Kataku lemas
            “sial! Dia berhasil mempermainkan kita…” kata Will sambil memukul besi itu
            “jam berapa sekarang?” tanyaku
            “jam setengah empat.” Kata Will sambil melihat jamnya
            “kita punya dua setengah jam lagi…”
            “untuk apa?” tanya Will bingung
            “untuk bermain dengannya.” Kataku dengan penuh dendam

            Kami melanjutkan perjalanan kami. tak kusangka akan jadi seperti ini perjalanan kami. kami hanya menelusuri lorong gelap, hingga akhirnya Sampai di resepsionis kembali. Tiba-tiba, kau atau tepatnya kami, kehilangan kesadaran. Ada seseorang dibelakang kami.

            Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Yang aku ingat, aku sudah diikat ke sebuah tiang berbentuk salib, dan tak bisa bergerak. Begitu juga dengan Will.

            “hei, Will!” panggilku, namun Will tak menjawab
            “Will!” kataku lebih keras, dan akhirnya diapun terbangun
            “huh? Dimana kita?” katanya sambil terbangun
            “aku tak tahu… tapi kita sekarang….”
            “terikat.” Kata seseorang memotong perkataanku
            “siapa kau!” tanyaku Sambil membentak orang itu
            “mungkin, akulah yang kalian panggil dengan m&m.” orang itupun menampakan dirinya Sambil menggunakan topeng.
            “kenapa? Kenapa kau masih hidup! Padahal kau seharusnya sudah habis terbakar oleh api!” kata Will Sambil meronta mencoba melepaskan diri
            “ah, Will… aku tak menyangka akan bermain denganmu lagi kawan lama.” Kata m&m itu.
            “mengapa kau menggunakan nama m&m?” tanyaku.
            “haha, jujur, aku sedikit terobsesi dengan hantu midnight man, dan juga seorang artis. So, tak masalahkan?” kata orang itu Sambil mengeluarkan sebuah golok
            “hei! Jangan menggunakan kata ‘kawan lama’ jika kau bukan kawan lamaku!” bentak Will
            “itupun jika aku bukan merupakan teman lamamu kan? Dan jika iya?” kata m&m sambil membuka topengnya.
            “ini aku….” Kata m&m
            “tidak mungkin… kau… pasti bohong….” Kata Will tidak mempercayai semua ini.
            “ini memang aku Will, ini aku Sam….” Kata orang bernama Sam itu.
            “aku tak tahu apa yang terjadi dengan kalian, tapi keliatannya kalian adalah sahabat.” Kataku
            “memang, kami adalah sahabat. Hingga si sialan Will ini meninggalkan ku didepan gedung Rsj popsomp hill sendirian….” Kata Sam
            “tidak! Aku sudah menyelamatkan mu dari m&m yang asli itu!” kata Will
            “memang kau menyelamatkan ku, tapi kau meninggalkanku! Kau bahkan tidak mengingatku, kan?” kata Sam
            “tidak! Aku…” Will terdiam sejenak.
            “aku melupakanmu….” Kata Will dengan lemas.
            “sudah kubilang kan?” kata Sam
            “kau melakukan ini untuk balas dendam?” kataku sedikit membentak
            “tentu saja, aku ditinggalkan begitu saja olehnya!” katanya Sambil mengayunkan golok itu ke tangan kanannya.
            “AAA!!!” teriak Will kesakitan
            “begitu, bagus… itu yang aku inginkan darimu Will! Lebih keras!”

            Setelah memotong tangan Will, Sam mengambil air raksa, lalu dia meneteskan air raksa itu, ke mata kanan Will. Will pun berteriak kesakitan hingga matanya terasa seperti terbakar. Lalu dia mencongkel mata kirinya, hingga darah keluar dengan sangat banyak. Mata yang Sam congkel masih teSambung dengan sarafnya. Dan dengan perlahan, Sam memutuskan saraf-saraf mata Will yang masih menempel dengan sebuah silet kecil. Will berteriak dengan sangat keras.

            “ya, ya… lebih keras lagi!” Sam makin terlihat bersemangat
           
            Kali ini dia mengambi solder, lalu dia memasukan solder panas itu kedalam mulut Will hingga membakar bibir dan lidah milik Will. tak Sampai disitu, dalam teriakan kesakitan Will, dia kali ini membawa setrika panas, lalu dia mulai “menyetrika” hampir seluruh bagian tubuh Will, hingga hampir seluruh kulit tubuh milik Will terbakar. Lalu setelah itu, dia mengikat leher Will dengan cukup keras. Dia masih memberi Will kemampuan untuk bernafas. Lalu dia mengarahkan sebuah gergaji mesin yang sangat berisik ke tangan kirinya. Tangan kiri Will pun terpotong. Will masih bisa berteriak hingga kesakitan. Dia hampir tidak kuat menahan segala siksaan ini. Terlihat dengan jelas, dia ingin menangis. Namun dia tidak bisa menangis, kalaupun dia memaksa, mata kanannya akan sangat pedih karena efek air raksa yang merusak bola matanya.
           
            “Will, kita akan masuk ke bagian yang sangat aku suka.” Kata Sam

            Sam membawa beberapa anak panah. Satu persatu, dia tancapkan ke setiap bagian tubuh Will. pertama dia tancapkan ke pergelangan kaki Will, lalu paha, kemudian selangkangan, lalu perut, dan terakhir dia menyiapkan peledak. Lalu menyimpannya di mulut Will.

            “selamat tinggal.”

            BOOM

            Ledakannya tak begitu besar. Tapi cukup untuk menghancurkan seluruh bagian kepala Will. darah yang bercipratan dan otak yang juga ikut hancur bertebaran kemana-mana. Dan kali ini diapun melihat kearahku. Sial, aku punya firasat buruk.

            “kali ini adalah giliranmu.” Kata Sam Sambil Sambil mengayunkan golok miliknya
            “tidak kali ini!” kataku Sambil mengayunkan kakiku yang berhasil lepas dari ikatannya, dan menendang tubuh Sam hingga terpental agak jauh. Dalam kesempatan itu aku berhasil melepaskan tanganku dan berlari menjauhi tempat itu.

            Aku berlari entah kemana, satu hal yang aku tuju adalah, jalan keluar. Persetan bila dia akan selalu mengikutiku jika aku bisa melapor polisi terlebih dahulu. Sial, lorong yang aku lewati terasa sangat licin. Saat aku sedang berlari, tiba tiba ada sebuah palu besar melayang ke arahku hingga aku terjebak dalam situasi split second hingga semuanya terasa seperti slow motion. Dalam keadaan menegangkan itu, aku sebenarnya sudah pasrah. Namun sepertinya aku masih beruntung karena aku tak sengaja terpeleset dan berhasil menghindari palu tersebut.

            Aku kembali berlari, menyadari Sam masih mengikutiku. Aku mencoba untuk berlari, namun lariku sedikit terhambat. Karena sebuah anak panah tepat mengenai kakiku. Cukup sakit hingga aku tak bisa berlari dengan cepat. Sial, lagi-lagi didepanku menghadang sebuah rintangan. Ya, aku tak mengira Sam akan secanggih ini untuk menyiapkan sebuah perangkap laser panas yang bisa membelah tubuhku dengan mudah. Sial, aku tak bisa berhenti ataupun terus maju. Dan dalam keadaan itu, tiba-tiba perangkap laser itu bergerak menuju kearahku. Aku jadi teringat adegan resident evil dimana sang karakter utama melewati perangkap laser tersebut. Untungnya perangkap laser yang ku hadapi masih memiliki celah yang membuatku melompat melewati celah perangkap laser tersbut. Kedua kalinya aku selamat.

            Aku berlari hingga akhirnya Sampai di lobby resepsionis. Pintu keluar ada tepat didepan mata. Namun yang mengagetkan adalah, Sam juga sudah ada menghalangi pintu keluar.

            BRUK!!

            Tiba-tiba aku ditendang hingga terpental jauh menghantam tembok. Dengan cepat dia berada di depanku. Aku baru ingat aku memiliki sebuah revolver. Aku mengeluarkna revolver itu dan mencoba menembak Sam. Namun Sam menendang revolverku tepat sebelum aku menarik pelatuknya. Goloknya pun melayang kearahku, untungnya aku berhasil menghindari serangannya tersebut.

            “kau… cepat sekali….” Kataku
            “kau akan berakhir seperti temanmu!” kata Sam Sambil melemparkan goloknya.

            Aku menghindari lemparannya itu. tapi dengan cepat, dia langsung menendangku hingga aku terpental. Aku mencoba menyerangnya tapi dia selalu lebih cepat dariku. Hingga akhirnya aku sudah pasrah.

            “kali ini aku sudah cukup puas bermain denganmu.” Kata Sam Sambil mengangkat goloknya.
            “matilah ka….” Tiba-tiba, sebuah pisau keluar dari lehernya. Aku lihat kebelakangnya. Seseorang sudah berdiri dibelakangnya.
            “dasar peniru yang payah.” Kata orang itu. Sam pun terjatuh.
            “siapa kau?” tanyaku
            “akulah m&m yang sebenarnya.” Kata orang itu
            “maksudku, siapa dirimu sebenarnya!” kataku membentak Sambil memukul tepat ke arah topeng yang dia pakai…
            “sudah puas?” katanya. aku tak percaya dengan apa yang aku lihat. Dia adalah rekan kerjaku JAY!
            “mengapa?” tanyaku
            “kau, berdirilah… kau pikir aku tak tahu kehidupanmu?” katanya.
            “kau dibuang oleh keluargamu yang notabene adalah orang kaya. Kau mencoba untuk balas dendam tapi kau tak bisa kan?” lanjutnya
            “kau….”
            “kau ditolak oleh keluargamu saat kau ingin kembali kan?” katanya, Sambil tidak memberiku kesempatan untuk berbicara.
            “kau hanya makhluk menyedihkan yang lemah!” katanya. Dan aku sudah tak kuat mendengar perkataannya lagi.
            “dan kau….”
            “KAU TAK TAHU APA-APA!!!”  kataku memotong perkataannya.

            Akupun langsung menendang bos-ku dan mengambil pisau yang dia pegang.

            “bagus nak, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” tanya Jay
            “tentu saja membunuhmu!” bentakku
            “lalu?” tanya Jay lagi
            “lalu akan membunuh seluruh keluarga yang telah membuangku!” kataku marah
            “kau Sama saja denganku.” Kata Jay kalem
            “tidak! Aku tidak Sama denganmu! Aku adalah aku! Dasar kau monster pembunuh!” aku bersiap mengayunkan pisau itu
            “pada akhirnya kau adalah pembunuh itukan?” kata Jay lagi
            “ti…tid…tidak akan!” akupun mengayunkan pisauku menuju wajah Jay dan aku tidak berhenti menusukan pisau itu hingga wajah Jay benar-benar hancur. Dan diapun mati.

            --------
           
            Kringgg
            “halo?” seorang wanita menjawab sebuah telepon
            “aku akan pulang….” Suara seorang lelaki terdengar di telepon tersebut.
            “maaf siapa ini?” tanya wanita tersebut
            “aku akan datang pada jam 3 pagi. Tunggu aku ya kakak.” Lelaki tersebut menutup teleponnya.
            “siapa ya itu?” tanya wanita itu pada dirinya sendiri.
            “Catherine! Ini ada paket untukmu!” kata ibu dari wanita tersebut
            “iya bu!” wanita itupun langsung turun kebawah dan membawa paket tersebut ke kamarnya
            “apa ya isinya?” diapun membuka paket tersebut.
           
            “AAA!!!”

            THE END?

Pages