Namaku
John, John Peterson. Anak buangan dari sebuah keluarga kaya yang akhirnya
bekerja disebuah rumah sakit jiwa. Aku sungguh hina. Anak kaya yang bekerja
ditempat yang penuh dengan orang yang sudah kehilangan akal. Mungkin nanti aku
akan menjadi salah satu dari mereka suatu saat nanti.
Sebenarnya pekerjaanku hanya
memindahkan pasien dari satu tempat ke tempat lain saja. Tidak begitu berbahaya
kecuali orang yang aku pindahkan adalah presiden yang menyamar sebagai orang
gila dan diincar oleh kelompok teroris. Ya, itu tak mungkin. Tapi ternyata pekerjaan
ini jadi berbahaya juga setelah hal yang aku alami selama ini.
“Apa kau siap untuk melakukan
pemindahan para pasien?” Tanya bos-ku
“tentu saja, aku siap kapanpun pak.”
kataku
“baguslah John, aku mengandalkanmu
kali ini.” kata bos-ku Sambil menepuk pundakku
“ngomong-ngomong, saya bisa melihat
daftar pasien yang akan saya bawa?” tanyaku
“oh boleh, ini daftarnya, dan juga
profil pasien kita.” Kata bosku Sambil memberikanku sebuah dokumen
“petugas john! Kita sudah harus
berangkat sekarang.” kata bawahanku
“baiklah aku akan segera menuju
mobil.” Kataku Sambil bersiap
“berhati-hatilah….” kata bos-ku
“baik pak!” kata ku Sambil
menghormat.
Aku pun segera berjalan menuju mobil
pengangkut para pasien. Sesuatu sebenarnya sedikit menggangguku, entah apa…
tapi ku hiraukan saja… lagipula, ini hanya pekerjaan memindahkan pasien dari
sebuah rumah sakit jiwa ke rumah sakit jiwa yang lain…
Sesaat aku sudah Sampai di mobil
pengangkut pasien, aku melihat seorang pasien yang meronta-ronta tak ingin naik
mobilku ini… memang apa yang salah dengan mobilku? Yang aku dengar dia
mengatakan “Dia sudah datang!” berkali-kali… sungguh itu sangat mengganggu,
apalagi saat dia dinaikkan ke mobilku. Dia tak bisa diam… sepertinya perjalanan
kali ini tak akan mengasikkan…
“semoga beruntung john!” kata bos-ku
Akupun menyalakan mobilku, dan
akupun berangkat menuju rsj tujuan. Semuanya normal kecuali teriakan dan
kegaduhan yang Will buat. Kebetulan, saat itu aku berkendara bersama salah satu
petugas rsj.
“itu adalah pasien bernama Will ya?”
tanyanya
“iya, berisik sekali dia… aku
bingung kenapa dia bisa jadi seperti ini.” Kataku kesal
“kau lebih baik bersiap untuk segala
kemungkinan john. Hidup ini adalah wahana yang gila.” Katanya.
“mmm, baiklah akan kuingat
nasihatmu. Btw, apa yang terjadi pada mukamu yang kanan. Kau terlihat seperti
two face musuhnya batman…” kataku bercanda
“haha, kau akan tahu hal ini nanti.”
Katanya mengelak
“lagipula, didepan kita akan belok
ke kiri.” Katanya menunjuk jalan
“baik!” kataku Sambil memutar setir
mobilku.
Aku Sampai di di rsj tujuan bersama
mobil yang lain. Semua mobil diparkirkan di parkiran belakang didalam bangunan
tersebut. Saat aku keluar dari mobilku, tiba-tiba temanku di mobil tadi sudah
tak ada. Akupun berkumpul dengan sahabatku Mike, Jay dan Kevin.
“hey, bagaimana sekarang?” tanyaku
“ayo kita pergi ke lobby-nya bersama.”
Kata Mike
“aku bersama petugas lain akan
menunggu disini” kata Jay
“jangan mengeluh bila sesuatu
terjadi dan tak ada kita ya….” kata Kevin
“sudahlah, kalau begitu kita harus
segera menuju lobby. Jay, aku serahkan pasien di sini padamu dan yang lainnya.”
Kataku Sambil berjalan menuju lobby
Saat Sampai di meja resepsionis,
membunyikan bel untuk memanggil resepsionisnya. Namun tak satupun yang muncul.
“sudahlah, mungkin mereka lelah.
Lagipula, kita datang pada jam 2 pagi. Mereka pasti sedang beristirahat.” Kata Kevin
“hei semua! Aku menemukan sesuatu!”
kata Mike memperlihatkan sebuah kertas
“coba baca.” Kataku
“kertas ini berisi kata ‘kita akan
bermain pada jam 3 pagi. Selamat bermain!’ katanya” kata Mike
“apa-apaan itu? Seseorang ingin
mengajak kita bermain? Permainan apa yang dilakukan pada jam 3 pagi? Midnight
man?” kata Kevin
“mungkin saja. Tapi kita lebih baik
segera menuju mobil lagi. Aku punya firasat buruk.” Ajakku.
Disaat kami akan berjalan menuju
mobil, tiba-tiba salah satu pasien kami berlari ketakutan.
“aaaaaa!” katanya sambil berteriak.
“tangkap dia!” kataku. Mike dan Kevin-pun
segera menangkap pasien itu.
“apa yang dilakukan Jay?” kata Kevin.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan
dari arah mobil kami. Sontak, kami pun segera berlari ke mobil itu.
“apa-apaan ini? Kata Mike setelah
melihat mobil kami yang sudah terbakar meledak.
“lihat itu.” Kevin menunjuk ke suatu
arah.
Kami benar-benar tak percaya dengan
apa yang kami lihat. Jay, teman kami. Dia mati dengan tragis. Seluruh kulitnya
meng-hitam sudah gosong terbakar. Selain itu ada banyak bekas luka tusukan
terutama di perut sehingga ususnya terburai keluar. Kami tak kuat melihat
keadaan teman kami, bahkan Kevinpun sampai muntah-muntah di bawah sebuah pohon.
“permainan apaan yang kertas itu
bicarakan?” tanya Mike
“aku tak tahu. Pertama, dia
melepaskan para pasien. Kedua, dia meledakan mobil kita. Ketiga, dia membunuh Jay.
Ini semua sangat aneh.” Aku bingung memikirkan hal ini
Saat kami sedang berbincang, kami
mendengar sebuah suara.
“siapa itu!” kata Mike
“tenanglah, ini aku Will brown.”
Orang itu memunculkan dirinya
“Will? Bukankah kau salah satu
pasien dari…”
“ya memang, saat ini aku masih bisa
mengendalikan diriku. Tapi tak lama lagi, aku akan kembali menjadi gila bila
serial killer itu muncul lagi.” Katanya memotong perkataanku
“serial killer?” tanyaku
“iya, dia membunuh seluruh pasien di
rsj popsomp hill dan membunuh semua temanku. Dia memanggil dirinya m&m”
Katan
“oh begitu, berarti kita tak punya
banyak waktu. Kita harus segera pergi dari sini.” Kata Kevin
“tidak! Jangan, kalau kau pergi dari
sini, maka kau akan diincar terus oleh m&m. Sama sepertiku sekarang.” Kata Will
“jadi kita harus melawannya di
tempat ini?” tanya Mike
“ya, kurang lebih seperti itu.”
jawab Will
“kita harus buat rencana.” Saranku
“iya, john benar sekali.” Kata Kevin
“memang kita harus membuat rencana,
tapi kita butuh denah tempat ini.” Kata Will
“baiklah, aku tahu dimana denah itu
berada.” Kataku.
Kamipun kembali ke meja resepsionis,
karena kupikir aku melihat denahnya di meja. Saat aku –atau tepatnya kami-
mencari denah itu, aku menemukan sesuatu yang lagi-lagi tak bisa dipercaya.
Saat aku membuka rak meja resepsionis, sesuatu yang ada didalamnya bukanlah
kertas ataupun buku… tapi merupakan sepasang bola mata, jari telunjuk, dan
sebuah lidah. Dan saak aku mencari rak yang lain, yang kutemukan adalah
potongan tubuh seorang wanita. Mungkin wanita penjaga resepsionis ini. Dan
setelah melakukan pencarian, aku tak menemukan apa-apa.
“apa yang kau temukan?” tanya Mike
padaku
“hanya beberapa potongan tubuh milik
petugas resepsionis.” Jawabku
“sial, dia sudah mulai.” Kata Will
“lalu apa yang kita lakukan
sekarang?” tanyaku
“aku tak tahu. Bagaimana menurutmu Kevin?”
tanya Mike pada Kevin. Tapi tak ada jawaban.
“Kevin? Kevin! Dimana kau?” kami
baru menyadari kalau Kevin menghilang.
“sial, dia benar-benar sudah
memulainya.” Kata Will
“kita pergi saja ke ruang keamanan,
mungkin disitu kita bisa menemukan beberapa senjata dan melihat kamera cctv.”
Saran Mike
“saran yang bagus, kita lebih baik
pergi ke ruangan itu sekarang. Dia mungkin tahu apa yang akan kita lakukan.”
Kata Will
“baiklah, ayo…” kataku dan kamipun
berlari menuju ruang keamanan.
Dalam perjalanan menuju ruang
keamanan, kami melewati beberapa ruangan pasien yang terbuka. Dan pemandangan
yang kami lihat tidak lebih dari mayat-mayat pasien rsj yang mati dengan
tragis. Ada yang terbakar, mutilasi, dan segala macam bekas bentuk penyiksaan.
Ada yang badannya terbelah dua secara vertikal, mukanya terbakar habis namun
leher, dada, sampai ke kaki hanya ada bekas tusukan. Sepertinya itu adalah sambutan
untuk kami.
“apa kau pikir ini adalah ide yang
bagus? Kupikir dia sudah tahu kita akan datang kemari” tanya Mike
“tak ada pilihan lain, kita harus
segera ke ruangan cctv.” Kata Will
“aku harap dia tidak menunggu kita
di sana.” Kataku
Setelah berlari agak lama, kami
akhirnya sampai di depan pintu ruang keamanan. Tunggu, didepan pintu? Ya,
pintunya dikunci sehingga kami tak bisa masuk. Sial, dia sudah mengira kami
akan menuju ruangan ini!
“apa yang kita akan lakukan
sekarang?” tanyaku
“kita harus segera ke meja
resepsionis untuk mencari kunci ruangan ini.” Kata Will
“apa kau bercanda?” tanya Mike
“aku serius Mike, kita harus segera
kesana.” Kata Will
“tenang, kita tak perlu kesana…”
kataku
“aku sudah mengambil kuncinya.”
Lanjutku
“dimana kau menemukannya?” tanya Mike
“ada di sebelah pintu.” Kataku
“yasudah, ayo masuk!” kata Mike.
kamipun segera masuk ke dalam. Sial…
ruangan itu gelap. Kami masuk perlahan kedalam ruangan itu, dengan senter, kami
mencoba mencari tombol lampu ruangan itu. tiba-tiba, saat kami mencari tombol
sialan itu, kami mendengar suara pintu yang tertutup. Kami dikunci, tak bisa
keluar. Kami bergegas mencari tombol itu….
KLIK
Lampu pun menyala, untungnya Will
bisa menemukan tombol lampu itu dengan cepat, Meskipun tidak cukup cepat untuk
kita agar tak terkunci.
“berita bagusnya kita berhasil
menyalakan lampu.” Kata Will
“dan berita buruknya, kita terkunci
diruangan ini.” sambungku
“apa yang kita lakukan sekarang?”
tanya Mike
“kita cek keseluruhan ruangan ini.
Mungkin kita akan menemukan sesuatu.” Kataku
“memang seharusnya begitu, ayo kita
harus bergerak dengan cepat.” Kata Will
Kamipun menyisir bagian gudang
keamanan. Ya, salah satu berita bagusnya, aku menemukan banyak senjata yang
mungkin, bisa digunakan untuk melawan si m&m. sementara itu Mike berjaga di
monitor cctv, dan Will mencari cara untuk membuka pintu ruangan ini.
“ada yang sudah menemukan jalan
keluar?” tanyaku sambil berjalan membawa banyak senjata
“tidak, aku masih mencoba
mencarinya.” Kata Will
“seandainya Kevin ada disini, dia
adalah yang paling jenius dalam keadaan seperti ini.” Celetuk Mike
“sudahlah, bagaimana dengan
senjata-senjata ini? Bisa digunakan?” tanyaku sambil memperlihatkan senjata
yang aku bawa.
“sini biar aku coba.” Kata Will
“hati-hati.” Kata Mike memerhatikan Will
“satu… dua… ti….”
BOOM!!!
Pintu itu diledakan dari luar, Will
terpental kebelakangnya. Pintu itu terbuka, entah oleh siapa, dan bagaimana.
“Will! Kau tak apa?” tanyaku sambil
membantu Will berdiri
“tak apa, terimakasih. Sekarang kita
harus keluar.” Kata Will
“ayo, baiklah!” kata Mike.
Masing-masing dari kami membawa
sebuah senjata. Untuk berjaga-jaga, kalau terjadi apa-apa. Untungnya tadi kami
menemukan denah di ruang keamanan. Kami berjalan bersama, karena kami pikir
berpencar adalah ide buruk untuk saat ini. Kau tak mau tak ada yang menolong
saat kau butuh bantuan kan? Meskipun kita sudah bersama, semuanya tetap saja
kacau…
“kita harus berhati-hati.” Kata Will
“suasananya cukup menyeramkan ya?” kata
Mike
“ya, maka dari itu kita harus
waspada.” Kata Will
KLIK… BOOM!!!
“MIKE!!!” sial, Mike menginjak
ranjau. Memang tak begitu besar ledakannya, tapi cukup untuk menghancurkan
seluruh telapak kaki Mike.
“ARGH! Tolong aku!” Mike sangat
kesakitan kali ini. Bagaimana tidak? Dia kehilangan kakinya kanannya oleh
sebuah ledakan.
“akan aku bantu!” kata ku
menghampiri Mike
“awas!” teriak Will
Saat aku berjalan untuk membantu Mike,
tpat diatasku sebuah besi yang sangat besar terjatuh dari langit. Aku terjebak
dalam sebuah Split Second yang sangat
menegangkan. Aku tak tahu harus bagaimana, kakiku membeku, ketakutan dan
adrenaline bercampur aduk menjadi satu. Dalam hitungan detik, Bongkahan besi
yang besar itu akan menimpa tubuhku dan menghancurkan tiap-tiap ruas tulang
yang ada dalam diriku. Dan tiba-tiba….
“JOHN!” kudengar suara Mike yang menghancurkan
suasana split second yang membuat
bongkahan besi itu dengan cepat meluncur kearahku
BRUKK
Saat suara besi yang menggema ke
seluruh ruangan itu berakhir, aku kira aku sudah mati dalam keadaan tergeletak
tertimpa bongkahan besi tersebut. Namun ternyata aku masih hidup. Aku membuka
mata. Sungguh, aku bersyukur masih bisa selamat dari kejadian tadi namun….
Mike, meskipun kaki kanannya sudah
hancur, dia masih bisa melompat dan mendorongku. Dia mati tertimpa bongkahan
besi tadi. Jelas, dia benar-benar remuk, warna merah sudah berada dimana-mana,
kepalanya juga yang tertimpa hancur dan otak milik Mike pun ikut berceceran
dimana-mana.
“Mike….” Kataku lemas
“sial! Dia berhasil mempermainkan
kita…” kata Will sambil memukul besi itu
“jam berapa sekarang?” tanyaku
“jam setengah empat.” Kata Will sambil
melihat jamnya
“kita punya dua setengah jam lagi…”
“untuk apa?” tanya Will bingung
“untuk bermain dengannya.” Kataku
dengan penuh dendam
Kami melanjutkan perjalanan kami.
tak kusangka akan jadi seperti ini perjalanan kami. kami hanya menelusuri
lorong gelap, hingga akhirnya Sampai di resepsionis kembali. Tiba-tiba, kau
atau tepatnya kami, kehilangan kesadaran. Ada seseorang dibelakang kami.
Entah berapa lama aku tak sadarkan
diri. Yang aku ingat, aku sudah diikat ke sebuah tiang berbentuk salib, dan tak
bisa bergerak. Begitu juga dengan Will.
“hei, Will!” panggilku, namun Will
tak menjawab
“Will!” kataku lebih keras, dan
akhirnya diapun terbangun
“huh? Dimana kita?” katanya sambil
terbangun
“aku tak tahu… tapi kita sekarang….”
“terikat.” Kata seseorang memotong
perkataanku
“siapa kau!” tanyaku Sambil
membentak orang itu
“mungkin, akulah yang kalian panggil
dengan m&m.” orang itupun menampakan dirinya Sambil menggunakan topeng.
“kenapa? Kenapa kau masih hidup!
Padahal kau seharusnya sudah habis terbakar oleh api!” kata Will Sambil meronta
mencoba melepaskan diri
“ah, Will… aku tak menyangka akan
bermain denganmu lagi kawan lama.” Kata m&m itu.
“mengapa kau menggunakan nama
m&m?” tanyaku.
“haha, jujur, aku sedikit terobsesi
dengan hantu midnight man, dan juga seorang artis. So, tak masalahkan?” kata
orang itu Sambil mengeluarkan sebuah golok
“hei! Jangan menggunakan kata ‘kawan
lama’ jika kau bukan kawan lamaku!” bentak Will
“itupun jika aku bukan merupakan
teman lamamu kan? Dan jika iya?” kata m&m sambil membuka topengnya.
“ini aku….” Kata m&m
“tidak mungkin… kau… pasti bohong….”
Kata Will tidak mempercayai semua ini.
“ini memang aku Will, ini aku Sam….”
Kata orang bernama Sam itu.
“aku tak tahu apa yang terjadi
dengan kalian, tapi keliatannya kalian adalah sahabat.” Kataku
“memang, kami adalah sahabat. Hingga
si sialan Will ini meninggalkan ku didepan gedung Rsj popsomp hill sendirian….”
Kata Sam
“tidak! Aku sudah menyelamatkan mu
dari m&m yang asli itu!” kata Will
“memang kau menyelamatkan ku, tapi
kau meninggalkanku! Kau bahkan tidak mengingatku, kan?” kata Sam
“tidak! Aku…” Will terdiam sejenak.
“aku melupakanmu….” Kata Will dengan
lemas.
“sudah kubilang kan?” kata Sam
“kau melakukan ini untuk balas
dendam?” kataku sedikit membentak
“tentu saja, aku ditinggalkan begitu
saja olehnya!” katanya Sambil mengayunkan golok itu ke tangan kanannya.
“AAA!!!” teriak Will kesakitan
“begitu, bagus… itu yang aku
inginkan darimu Will! Lebih keras!”
Setelah memotong tangan Will, Sam mengambil
air raksa, lalu dia meneteskan air raksa itu, ke mata kanan Will. Will pun
berteriak kesakitan hingga matanya terasa seperti terbakar. Lalu dia mencongkel
mata kirinya, hingga darah keluar dengan sangat banyak. Mata yang Sam congkel
masih teSambung dengan sarafnya. Dan dengan perlahan, Sam memutuskan
saraf-saraf mata Will yang masih menempel dengan sebuah silet kecil. Will
berteriak dengan sangat keras.
“ya, ya… lebih keras lagi!” Sam
makin terlihat bersemangat
Kali ini dia mengambi solder, lalu
dia memasukan solder panas itu kedalam mulut Will hingga membakar bibir dan
lidah milik Will. tak Sampai disitu, dalam teriakan kesakitan Will, dia kali
ini membawa setrika panas, lalu dia mulai “menyetrika” hampir seluruh bagian
tubuh Will, hingga hampir seluruh kulit tubuh milik Will terbakar. Lalu setelah
itu, dia mengikat leher Will dengan cukup keras. Dia masih memberi Will
kemampuan untuk bernafas. Lalu dia mengarahkan sebuah gergaji mesin yang sangat
berisik ke tangan kirinya. Tangan kiri Will pun terpotong. Will masih bisa
berteriak hingga kesakitan. Dia hampir tidak kuat menahan segala siksaan ini.
Terlihat dengan jelas, dia ingin menangis. Namun dia tidak bisa menangis,
kalaupun dia memaksa, mata kanannya akan sangat pedih karena efek air raksa
yang merusak bola matanya.
“Will, kita akan masuk ke bagian
yang sangat aku suka.” Kata Sam
Sam membawa beberapa anak panah.
Satu persatu, dia tancapkan ke setiap bagian tubuh Will. pertama dia tancapkan
ke pergelangan kaki Will, lalu paha, kemudian selangkangan, lalu perut, dan
terakhir dia menyiapkan peledak. Lalu menyimpannya di mulut Will.
“selamat tinggal.”
BOOM
Ledakannya tak begitu besar. Tapi
cukup untuk menghancurkan seluruh bagian kepala Will. darah yang bercipratan
dan otak yang juga ikut hancur bertebaran kemana-mana. Dan kali ini diapun
melihat kearahku. Sial, aku punya firasat buruk.
“kali ini adalah giliranmu.” Kata Sam
Sambil Sambil mengayunkan golok miliknya
“tidak kali ini!” kataku Sambil
mengayunkan kakiku yang berhasil lepas dari ikatannya, dan menendang tubuh Sam
hingga terpental agak jauh. Dalam kesempatan itu aku berhasil melepaskan
tanganku dan berlari menjauhi tempat itu.
Aku berlari entah kemana, satu hal
yang aku tuju adalah, jalan keluar. Persetan bila dia akan selalu mengikutiku
jika aku bisa melapor polisi terlebih dahulu. Sial, lorong yang aku lewati
terasa sangat licin. Saat aku sedang berlari, tiba tiba ada sebuah palu besar
melayang ke arahku hingga aku terjebak dalam situasi split second hingga semuanya terasa seperti slow motion. Dalam keadaan menegangkan itu, aku sebenarnya sudah
pasrah. Namun sepertinya aku masih beruntung karena aku tak sengaja terpeleset
dan berhasil menghindari palu tersebut.
Aku kembali berlari, menyadari Sam
masih mengikutiku. Aku mencoba untuk berlari, namun lariku sedikit terhambat.
Karena sebuah anak panah tepat mengenai kakiku. Cukup sakit hingga aku tak bisa
berlari dengan cepat. Sial, lagi-lagi didepanku menghadang sebuah rintangan.
Ya, aku tak mengira Sam akan secanggih ini untuk menyiapkan sebuah perangkap
laser panas yang bisa membelah tubuhku dengan mudah. Sial, aku tak bisa
berhenti ataupun terus maju. Dan dalam keadaan itu, tiba-tiba perangkap laser
itu bergerak menuju kearahku. Aku jadi teringat adegan resident evil dimana
sang karakter utama melewati perangkap laser tersebut. Untungnya perangkap
laser yang ku hadapi masih memiliki celah yang membuatku melompat melewati
celah perangkap laser tersbut. Kedua kalinya aku selamat.
Aku berlari hingga akhirnya Sampai
di lobby resepsionis. Pintu keluar ada tepat didepan mata. Namun yang
mengagetkan adalah, Sam juga sudah ada menghalangi pintu keluar.
BRUK!!
Tiba-tiba aku ditendang hingga
terpental jauh menghantam tembok. Dengan cepat dia berada di depanku. Aku baru
ingat aku memiliki sebuah revolver. Aku mengeluarkna revolver itu dan mencoba
menembak Sam. Namun Sam menendang revolverku tepat sebelum aku menarik
pelatuknya. Goloknya pun melayang kearahku, untungnya aku berhasil menghindari
serangannya tersebut.
“kau… cepat sekali….” Kataku
“kau akan berakhir seperti temanmu!”
kata Sam Sambil melemparkan goloknya.
Aku menghindari lemparannya itu.
tapi dengan cepat, dia langsung menendangku hingga aku terpental. Aku mencoba
menyerangnya tapi dia selalu lebih cepat dariku. Hingga akhirnya aku sudah
pasrah.
“kali ini aku sudah cukup puas
bermain denganmu.” Kata Sam Sambil mengangkat goloknya.
“matilah ka….” Tiba-tiba, sebuah
pisau keluar dari lehernya. Aku lihat kebelakangnya. Seseorang sudah berdiri
dibelakangnya.
“dasar peniru yang payah.” Kata
orang itu. Sam pun terjatuh.
“siapa kau?” tanyaku
“akulah m&m yang sebenarnya.”
Kata orang itu
“maksudku, siapa dirimu sebenarnya!”
kataku membentak Sambil memukul tepat ke arah topeng yang dia pakai…
“sudah puas?” katanya. aku tak
percaya dengan apa yang aku lihat. Dia adalah rekan kerjaku JAY!
“mengapa?” tanyaku
“kau, berdirilah… kau pikir aku tak
tahu kehidupanmu?” katanya.
“kau dibuang oleh keluargamu yang
notabene adalah orang kaya. Kau mencoba untuk balas dendam tapi kau tak bisa
kan?” lanjutnya
“kau….”
“kau ditolak oleh keluargamu saat
kau ingin kembali kan?” katanya, Sambil tidak memberiku kesempatan untuk
berbicara.
“kau hanya makhluk menyedihkan yang
lemah!” katanya. Dan aku sudah tak kuat mendengar perkataannya lagi.
“dan kau….”
“KAU TAK TAHU APA-APA!!!” kataku memotong perkataannya.
Akupun langsung menendang bos-ku dan
mengambil pisau yang dia pegang.
“bagus nak, apa yang akan kau
lakukan selanjutnya?” tanya Jay
“tentu saja membunuhmu!” bentakku
“lalu?” tanya Jay lagi
“lalu akan membunuh seluruh keluarga
yang telah membuangku!” kataku marah
“kau Sama saja denganku.” Kata Jay
kalem
“tidak! Aku tidak Sama denganmu! Aku
adalah aku! Dasar kau monster pembunuh!” aku bersiap mengayunkan pisau itu
“pada akhirnya kau adalah pembunuh
itukan?” kata Jay lagi
“ti…tid…tidak akan!” akupun
mengayunkan pisauku menuju wajah Jay dan aku tidak berhenti menusukan pisau itu
hingga wajah Jay benar-benar hancur. Dan diapun mati.
--------
Kringgg
“halo?” seorang wanita menjawab
sebuah telepon
“aku akan pulang….” Suara seorang
lelaki terdengar di telepon tersebut.
“maaf siapa ini?” tanya wanita
tersebut
“aku akan datang pada jam 3 pagi.
Tunggu aku ya kakak.” Lelaki tersebut menutup teleponnya.
“siapa ya itu?” tanya wanita itu
pada dirinya sendiri.
“Catherine! Ini ada paket untukmu!”
kata ibu dari wanita tersebut
“iya bu!” wanita itupun langsung
turun kebawah dan membawa paket tersebut ke kamarnya
“apa ya isinya?” diapun membuka
paket tersebut.
“AAA!!!”
THE END?