“maaf, tapi
seseorang sudah memilikiku. Orang yg tentunya lebih peduli dan lebih
mencintaiku daripada kamu. Orang yg lebih berani mengungkapkan perasaannya
padaku. Bukan seseorang penakut seperti kamu.”
Sial… aku terbangun
dengan mimpi itu. Sepertinya aku adalah orang yg sulit untuk move on yah? Jika
dipikir sudah 1 tahun sejak kalimat itu terlontar dan aku belum bisa melupakan
Arisma… aku adalah cowo yg payah. Jika dipikir, sekarang aku sudah masuk SMA, ya
aku berharap dengan masuk SMA aku akan menemukan sesuatu yg bisa membuaku
melupakannya.
Pagi hari ini aku
hanya bersiap-siap untuk sekolah. Mandi, berpakaian, makan, dan akhirnya pamit
lalu berangkat ke sekolah adalah rutinitas seorang pelajar mainstream
sepertiku. Kali ini tidak seperti saat smp, aku berangkat dengan menggunakan
angkutan umum karena sekolahku yg sekarang terletak tepat disamping jalan raya.
Hari pertamaku di
sekolah ini biasa saja, sama seperti siswa lainnya. Berkenalan, duduk dikelas, menelusuri
sekolah, jajan ke kantin. Semuanya biasa saja hingga akhirnya bel pulang
berbunyi. Akupun membereskan bukuku, dan bersiap pulang. Namun, tepat saat aku
baru keluar kelas sebuah pengumuman menarik perhatianku.
“Bagi anggota klub
inggris dan yg berminat ikut klub inggris bisa berkumpul di perpustakaan”
wow, perpustakaan… entah mengapa
hal itu lagi-lagi mengingatkan ku kepada masa lalu. Tapi perasaan itu ku
hiraukan saja. Akupun langsung menuju perpustakaan. Awalnya aku hanya duduk di
sebuah kursi karena sepertinya klub bahasa inggris belum berkumpul.
“hei
ramdan!, kamu mau ikut klub bahasa inggris?” kata teman kelasku
“ummm,
ya. Kamu mau ikut juga?” tanyaku
“iya,
masih belum kumpul ya? Aku ikut baca ya!” kata temanku
“sok,
silahkan. Sekarang kamu baca apa?” tanyaku lagi
“oh,
sekarang aku lagi baca buku laskar pelangi. Kamu sendiri? Jangan bilang kamu
baca buku…”
“ya.
Sherlock Holmes, yang judulnya…”
“oke,
aku gk akan baca buku sherlock holmes ataupun conan doyle itu!” dia langsung
memotong perkataanku sebelum aku mengatakan judulnya. Ya, dia tidak suka dengan
cerita sherlock atau semacamnya. Jadi, akupun langsung berhenti berbicara dan
langsung terus membaca buku itu…
Aku
mungkin keasikan membaca, ternyata sekarang sudah jam 4 sore. Aku menyadari hal
itu saat seorang petugas perpustakaan sekolah menegurku.
“hei!
Mau sampai kapan kamu diem disini? Cepet pulang, udah sore.” Kata petugas
tersebut
“oh,
iya pak. Maaf, saya keasikan baca.”
“yaudah,
mau dipinjem gk bukunya?” tanya penjaga itu.
“iya,
bacaannya lagi asik.” Kataku
“yaudah,
ikut saya.” Katanya dan aku mengikutinya sampai ke meja petugas.
“paling
lama bukunya dipinjem selama satu minggu, setelah itu kalau belum selesai baca
tolong diperpanjang ya waktu peminjamannya.” Kata petugas itu.
“baik
pak.” Kataku sambil segera keluar dari perpustakaan itu.
Saat
aku berjalan keluar, seseorang menabrakku.
Brukk
“eh,
maaf” katanya
“iya
gapapa.” Kataku mencoba berdiri.
Saat
aku mau keluar, aku tak sengaja mendengar percakapan mereka
“apakah
ada buku sherlock holmes?” tanyanya
“aduh,
gk ada… itu tadi, ada sih, Cuma udah dipinjem sama yang itu” kata petugas yang
sepertinya menunjuk diriku.
“yah…”
katanya
“maaf
ya, mungkin minggu depan udah ada.” Kata petugas tersebut
“makasih
ya pak.” Itulah hal terakhir yang aku dengar
Aku
pun keluar menuju gerbang sekolah. Disana aku menunggu angkot untuk pulang. Dan
disana juga, aku bertemu dengan wanita itu.
“um,
hai.” Kataku
“oh,
hai juga” jawabnya
“kamu
suka sama sherlock holmes?” tanyaku
“iya,
aku suka banget.” Jawabnya
“um,
kalo kamu mau minjem, nih yang aku aja.” Kataku sambil menyodorkan buku itu.
“benarkah?
Makasih!” diapun terlihat senang. Entah mengapa, saat aku melihatnya senang
seperti itu, hatiku terasa tenang.
“neng,
padalarang neng” teriak salah satu tukag angkot.
“oh
iya, aku duluan ya! Makasih banyak bukunya!” dia pamit dengan senyum yang
sangat indah.
“oh
iya, sama-sama.” Aku hanya bisa terpaku, entah apa yang aku pikirkan.
Tidak
lama kemudian akupun pulang, terpikirkan oleh wanita itu. tapi tunggu, sial…
aku lupa menanyakan namanya siapa. Ahhh, aku terpikirkna tentang hal ini
semalaman. Bahkan aku hampir tak bisa tidur.
Akhirnya,
aku mengetahui namanya. Setelah aku bertanya tentang namanya, dia bernama Talia.
Nama yang unik. Hari-hari berjalan seperti biasa, namun aku tidak bisa begitu
dekat dengan Talia. Entah mengapa, aku masih sedikit kepikiran oleh arisma. Aku
benar-benar seorang lelaki yang payah.
Satu
hari, aku sedang makan sendiri di kantin. Pada saat seperti itu, ternyata bukan
aku saja yang mencoba mendekati Talia. Ada seorang kaka kelas yang menyukai
Talia juga. Aku tak sengaja mendengar apa yang teman-temanku katakan. Aku tak
bermaksud berlomba, tapi sepertinya aku harus mendahului kakak kelas tersebut.
Ohya, aku tak memberitahukan hal ini pada teman-temanku. Aku ingin melakukan
ini sendiri. Bukan apa-apa, tapi karena aku tak begitu percaya dengan
orang-orang yang asku sebut sebagai teman itu.
Hari
demi hari, aku mulai bisa dekat dengan Talia. Kali ini aku sedang berada
diperpustakaan.
“hei
ramdan!” kata temanku
“aku
punya satu berita yang mengejutkan loh!” lanjut temanku
“apa?”
kataku lesu
“ada
cewe suka sama kamu!” kata temanku dengan sedikit nada menyemangati
“siapa
namanya?” tanyaku lesu
“Talia.”
Katanya. Mendengar nama Talia, tiba-tiba hatiku senang. Pada saat seperti itu,
Talia tiba-tiba datang
“eh,
ramdan…” kata Talia dari belakangku
“oh
Talia ada apa?” tanyaku dengan sedikit semangat.
“ini
buku sherlock nya. Makasih banyak udah minjemin ya!” katanya dengan senyum
manis khas-nya.
“oh
iya sama-sama.” Kataku
“bye.”
Dia langsung pergi
“cieee”
kata temanku
“apasih?”
aku sedikit malu sekaligus senang.
Hari
itupun berlalu. Keesokan harinya, aku berencana untuk mengungkapkan perasaanku
padanya. Namun ternyata dia tak masuk karena sakit. Dan saat dia sakit, kakak
kelas itu menemani Talia sepanjang hari. Apa yang aku bisa lakukan? Aku hanya
bisa mengiriminya pesan “semoga cepat sembuh”.
1
minggu berlalu, dia sudah kembali masuk semenjak 3 hari yang lalu. Sudah
waktunya aku menyatakan perasaanku. Dan
aku akan menyatakan perasaanku di perpustakaan. Namun saat aku hampir sampai di
perpustakaan. Tepat didepan perpustakaan tersebut. Seseorang menyatakan perasaannya
kepada Talia. Dan itu adalah temanku sendiri. Ternyata selama ini mereka
benar-benar dekat. Dan apa jawaban Talia? Jawabannya adalah ya. Talia menerima
bunga pemberian temanku dan mengatakan ya. Saat itu juga, aku langsung memutar
badan seolah tak ada apapun yang terjadi. Pergi dari tempat itu, kembali ke
kelas, dan membaca buku untuk melupakan segala hal yang terjadi hari ini.
Akupun
pulang, saat aku mengecek hape-ku. Ada pesan dari Talia. Pesan itu berisi
“maafkan aku Ramdan.”. aku ingin membalasnya namun tak bisa. Pada akhirnya, aku
bisa lebih fokus terhadap pelajaran yang aku pelajari. Kegagalan mendapatkan
Talia bukanlah masalah besar. Akan kubuktikan bahwa aku mampu hidup tanpa
dirinya. Kau tahu? I think it’s still not this time. Mungkin aku akan mendapat
yang lebih baik dari Talia ataupun Arisma. Dan akupun masih hidup kok.
--The End?--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar