Rabu, 18 Februari 2015

Love Story : Still Not This Time



“maaf, tapi seseorang sudah memilikiku. Orang yg tentunya lebih peduli dan lebih mencintaiku daripada kamu. Orang yg lebih berani mengungkapkan perasaannya padaku. Bukan seseorang penakut seperti kamu.”

Sial… aku terbangun dengan mimpi itu. Sepertinya aku adalah orang yg sulit untuk move on yah? Jika dipikir sudah 1 tahun sejak kalimat itu terlontar dan aku belum bisa melupakan Arisma… aku adalah cowo yg payah. Jika dipikir, sekarang aku sudah masuk SMA, ya aku berharap dengan masuk SMA aku akan menemukan sesuatu yg bisa membuaku melupakannya.

Pagi hari ini aku hanya bersiap-siap untuk sekolah. Mandi, berpakaian, makan, dan akhirnya pamit lalu berangkat ke sekolah adalah rutinitas seorang pelajar mainstream sepertiku. Kali ini tidak seperti saat smp, aku berangkat dengan menggunakan angkutan umum karena sekolahku yg sekarang terletak tepat disamping jalan raya.

Hari pertamaku di sekolah ini biasa saja, sama seperti siswa lainnya. Berkenalan, duduk dikelas, menelusuri sekolah, jajan ke kantin. Semuanya biasa saja hingga akhirnya bel pulang berbunyi. Akupun membereskan bukuku, dan bersiap pulang. Namun, tepat saat aku baru keluar kelas sebuah pengumuman menarik perhatianku.

“Bagi anggota klub inggris dan yg berminat ikut klub inggris bisa berkumpul di perpustakaan”
wow, perpustakaan… entah mengapa hal itu lagi-lagi mengingatkan ku kepada masa lalu. Tapi perasaan itu ku hiraukan saja. Akupun langsung menuju perpustakaan. Awalnya aku hanya duduk di sebuah kursi karena sepertinya klub bahasa inggris belum berkumpul.

            “hei ramdan!, kamu mau ikut klub bahasa inggris?” kata teman kelasku
            “ummm, ya. Kamu mau ikut juga?” tanyaku
            “iya, masih belum kumpul ya? Aku ikut baca ya!” kata temanku
            “sok, silahkan. Sekarang kamu baca apa?” tanyaku lagi
            “oh, sekarang aku lagi baca buku laskar pelangi. Kamu sendiri? Jangan bilang kamu baca buku…”
            “ya. Sherlock Holmes, yang judulnya…”
            “oke, aku gk akan baca buku sherlock holmes ataupun conan doyle itu!” dia langsung memotong perkataanku sebelum aku mengatakan judulnya. Ya, dia tidak suka dengan cerita sherlock atau semacamnya. Jadi, akupun langsung berhenti berbicara dan langsung terus membaca buku itu…

            Aku mungkin keasikan membaca, ternyata sekarang sudah jam 4 sore. Aku menyadari hal itu saat seorang petugas perpustakaan sekolah menegurku.

            “hei! Mau sampai kapan kamu diem disini? Cepet pulang, udah sore.” Kata petugas tersebut
            “oh, iya pak. Maaf, saya keasikan baca.”
            “yaudah, mau dipinjem gk bukunya?” tanya penjaga itu.
            “iya, bacaannya lagi asik.” Kataku
            “yaudah, ikut saya.” Katanya dan aku mengikutinya sampai ke meja petugas.
            “paling lama bukunya dipinjem selama satu minggu, setelah itu kalau belum selesai baca tolong diperpanjang ya waktu peminjamannya.” Kata petugas itu.
            “baik pak.” Kataku sambil segera keluar dari perpustakaan itu.
            Saat aku berjalan keluar, seseorang menabrakku.
            Brukk
            “eh, maaf” katanya
            “iya gapapa.” Kataku mencoba berdiri.
            Saat aku mau keluar, aku tak sengaja mendengar percakapan mereka
            “apakah ada buku sherlock holmes?” tanyanya
            “aduh, gk ada… itu tadi, ada sih, Cuma udah dipinjem sama yang itu” kata petugas yang sepertinya menunjuk diriku.
            “yah…” katanya
            “maaf ya, mungkin minggu depan udah ada.” Kata petugas tersebut
            “makasih ya pak.” Itulah hal terakhir yang aku dengar

            Aku pun keluar menuju gerbang sekolah. Disana aku menunggu angkot untuk pulang. Dan disana juga, aku bertemu dengan wanita itu.

            “um, hai.” Kataku
            “oh, hai juga” jawabnya
            “kamu suka sama sherlock holmes?” tanyaku
            “iya, aku suka banget.” Jawabnya
            “um, kalo kamu mau minjem, nih yang aku aja.” Kataku sambil menyodorkan buku itu.
            “benarkah? Makasih!” diapun terlihat senang. Entah mengapa, saat aku melihatnya senang seperti itu, hatiku terasa tenang.
            “neng, padalarang neng” teriak salah satu tukag angkot.
            “oh iya, aku duluan ya! Makasih banyak bukunya!” dia pamit dengan senyum yang sangat indah.
            “oh iya, sama-sama.” Aku hanya bisa terpaku, entah apa yang aku pikirkan.

            Tidak lama kemudian akupun pulang, terpikirkan oleh wanita itu. tapi tunggu, sial… aku lupa menanyakan namanya siapa. Ahhh, aku terpikirkna tentang hal ini semalaman. Bahkan aku hampir tak bisa tidur.

            Akhirnya, aku mengetahui namanya. Setelah aku bertanya tentang namanya, dia bernama Talia. Nama yang unik. Hari-hari berjalan seperti biasa, namun aku tidak bisa begitu dekat dengan Talia. Entah mengapa, aku masih sedikit kepikiran oleh arisma. Aku benar-benar seorang lelaki yang payah.

            Satu hari, aku sedang makan sendiri di kantin. Pada saat seperti itu, ternyata bukan aku saja yang mencoba mendekati Talia. Ada seorang kaka kelas yang menyukai Talia juga. Aku tak sengaja mendengar apa yang teman-temanku katakan. Aku tak bermaksud berlomba, tapi sepertinya aku harus mendahului kakak kelas tersebut. Ohya, aku tak memberitahukan hal ini pada teman-temanku. Aku ingin melakukan ini sendiri. Bukan apa-apa, tapi karena aku tak begitu percaya dengan orang-orang yang asku sebut sebagai teman itu.

            Hari demi hari, aku mulai bisa dekat dengan Talia. Kali ini aku sedang berada diperpustakaan.

            “hei ramdan!” kata temanku
            “aku punya satu berita yang mengejutkan loh!” lanjut temanku
            “apa?” kataku lesu
            “ada cewe suka sama kamu!” kata temanku dengan sedikit nada menyemangati
            “siapa namanya?” tanyaku lesu
            “Talia.” Katanya. Mendengar nama Talia, tiba-tiba hatiku senang. Pada saat seperti itu, Talia tiba-tiba datang
            “eh, ramdan…” kata Talia dari belakangku
            “oh Talia ada apa?” tanyaku dengan sedikit semangat.
            “ini buku sherlock nya. Makasih banyak udah minjemin ya!” katanya dengan senyum manis khas-nya.
            “oh iya sama-sama.” Kataku
            “bye.” Dia langsung pergi
            “cieee” kata temanku
            “apasih?” aku sedikit malu sekaligus senang.

            Hari itupun berlalu. Keesokan harinya, aku berencana untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Namun ternyata dia tak masuk karena sakit. Dan saat dia sakit, kakak kelas itu menemani Talia sepanjang hari. Apa yang aku bisa lakukan? Aku hanya bisa mengiriminya pesan “semoga cepat sembuh”.

            1 minggu berlalu, dia sudah kembali masuk semenjak 3 hari yang lalu. Sudah waktunya aku menyatakan perasaanku.  Dan aku akan menyatakan perasaanku di perpustakaan. Namun saat aku hampir sampai di perpustakaan. Tepat didepan perpustakaan tersebut. Seseorang menyatakan perasaannya kepada Talia. Dan itu adalah temanku sendiri. Ternyata selama ini mereka benar-benar dekat. Dan apa jawaban Talia? Jawabannya adalah ya. Talia menerima bunga pemberian temanku dan mengatakan ya. Saat itu juga, aku langsung memutar badan seolah tak ada apapun yang terjadi. Pergi dari tempat itu, kembali ke kelas, dan membaca buku untuk melupakan segala hal yang terjadi hari ini.
           
            Akupun pulang, saat aku mengecek hape-ku. Ada pesan dari Talia. Pesan itu berisi “maafkan aku Ramdan.”. aku ingin membalasnya namun tak bisa. Pada akhirnya, aku bisa lebih fokus terhadap pelajaran yang aku pelajari. Kegagalan mendapatkan Talia bukanlah masalah besar. Akan kubuktikan bahwa aku mampu hidup tanpa dirinya. Kau tahu? I think it’s still not this time. Mungkin aku akan mendapat yang lebih baik dari Talia ataupun Arisma. Dan akupun masih hidup kok.

--The End?--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages