Minggu, 09 November 2014

SEBELUM JAM 12 part 2

part 2 "POIROT"



Segera aku mengambil jaket, memakai celana jeans dan sandal hitam. Bukan saatnya memperhatikan penampilan. Aku segera turun dari tangga dengan tertatih-tatih karena masih merapikan celana jeansku.
“Aku mau pergi ada urusan. Mungkin pulang pagi.” Aku berteriak kepada adikku.
Adik perempuanku yang masih menonton televisi melongok dari balik sofa. Dia mengenakan celana pendek hotpant dan kaos ketat. Kalau pergi dia selalu bergaya ala perempuan, tapi begitu dirumah gayanya langsung seperti preman pasar.
“Mau ke mana nih?”
“Aku ada urusan sebentar. Jaga rumah.” kataku.
“Mo pulang pagi? Hati-hati ya? Apa kau tahu sesuatu yang aneh tentang papa mama?”
“Ada apa memang.” Kataku sambil mencari helm dan tas kecil.
“Aku curiga mereka menyembunyikan sesuatu. Maksudku ada yang aneh dengan mereka akhir-akhir ini. Seperti ada sesuatu yang penting. Dahhh..” Katanya melambaikan tangan.
“Perasaanmu kali.” jawabku.
“Kak, pernahkah kakak memikirkan bahwa kita bukan anak kandung.” Aku terkejut dibuatnya, tidak biasanya adikku melontarkan pertanyaan seperti ini.
“Apa.. Tentu saja kita anak kandung.” aku agak takut dan mendekatinya.
“Pernahkah kakak berfikir bahwa kita bukan manusia.” kata adikku sambil menonton TV.
“hah!? Kamu habis nonton film apa sih. Jelas kita ini manusia.” aku mendekatinya dan mengambil keripik kentang dari bungkus di tangannya. “kalau kamu sih bukan manusia tapi monster.”
“Jangan ambil snackku.” dia memukul tanganku dan kemudian mengusirku.
Aku sekarang sudah memakai helm. Aku menaiki skuter kuning kesayanganku, skuter antik yang kudapat dari hadiah memenangkan lomba beberapa saat yang lalu. Aku menghidupkan skuter itu dan segera melaju pergi dari rumah. Segera pergi menembus kegelapan malam.
Malam ini orangtuaku pergi, entah ke mana mereka pergi. Belakangan mereka sering terburu-buru, aku juga pernah mendapati kertas bertuliskan 'confidential' di meja. Entahlah, tapi sepertinya mereka mengerjakan sesuatu yang penting, untung bagiku, aku tak perlu repot-repot menjelaskan kepergianku pada mereka.
Perlahan lampu-lampu kota melewatiku seperti bintang-bintang terang di atas kepala. Mobil-mobil menghidupkan lampunya datang dan pergi untuk urusannya sendiri. Jakarta, ketika malam tiba, kota seakan membuka topengnya. Membuka wajah yang ketika siang ditutupi coreng moreng topeng. Seakan ada parfum khusus di udara malam yang dingin. Parfum yang dingin dan jahat, sekaligus sangat menggoda.
Sayangnya sekolah adalah tempat yang tidak berubah menjadi menggoda ketika malam. Malah lebih mirip kuburan tempat pocong atau setan bergentayangan. Bagunan-bagunan yang masih bernuansa gelap walau lampu neon terang membanjiri. Aku mendekati pagar, ada sebuah surat di sana. Surat yang langsung kukenali karena bau parfum menyengat, bau eksotis yang tajam.
Suara anjing menggonggong, seseorang mendekat dari balik pagar. Seorang pria tua berjalan agak pincang. Di tangannya sebuah kalung mengikat anjing buldog hitam. Dia adalah penjaga sekolah kami pak Gogon. Matanya buta sebelah dengan luka tajam di bagian leher, banyak spekulasi berkembang mengenai dari mana dia mendapatkan luka itu. Yang pasti luka itu jelas-jelas dari benda tajam.
“Hei, mau apa kau?” kata pak Gogon.
“maaf pak, saya hanya mengambil sesuatu yang ketinggalan.” kataku.
Mata kiri pak Gogon memandang ke arah tanganku “Jadi surat itu, bah!”
“Tunggu, bapak tahu siapa yang meletakkan surat ini?” tanyaku.
“Tentu saja, aku tidak akan melupakannya. Cewek berbaju merah cewek yang menarik. Cewek misterius, tak takut dia dengan penampilanku. Umurnya mungkin tak jauh dari umurmu. Aku melihatnya tadi sore meletakkan surat itu, katanya 'seseorang yang spesial akan mengambilnya'” Gogon mendengus.
Aku membuka surat itu dan mulai membaca di bawah lampu neon di gerbang sekolah. Di dalamnya ada sebuah surat pink. Dia mulai menulis..
Dear Poirot.
Setelah Holmes sekarang Poirot. Rasanya dia cukup banyak membaca.
Dear Poirot
I am in a grave trouble, I have lost something dear to me, a pickpocket have been stole something so precious in front of this gate, where should I go mister Poirot? Who should I call?
If you ask me, what the theft look like. You shall met me, but beware from the troll that ask for penny. Take a left turn so you don't met. Because its only can be played by four. The game we can't play. I'm the dealer and you the player.
You may ask the gentleman that rule a kingdom. One of the four brothers. He's 13, but count as same as his wife and his knave. Enter, and he will provide you with necessity. He in the middle, circled with red robe. Follow where he faced.
I'd like to met you there. You will find me where you need not to hit. My number is Ace.
Apa maksud dari surat tersebut? Kita akan mengetahui lebih jauh di part selanjutnya yg berjudul "KINDAGAWA"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages