part 3 "KINDAGAWA"
Aku melihat jam di tangan. Sekarang sudah jam
sepuluh seperempat aku harus segera pergi. Sebelum pergi, sang pria tua penjaga
sekolah tiba-tiba menatap tajam dengan sebelah matanya.
“Aku melihat bahaya di wajahmu anak muda, barhati-hatilah.”
pria tua itu kemudian menghilang dalam kegelapan.
Segera kulajukan skuterku mencari kantor polisi.
Petunjuk yang pertama adalah kantor polisi. Seorang gadis sedang kecurian,
kemana dia harus pergi. Tentu ke kantor polisi. Dia kehilangan di dekat gerbang
ini. Pastinya dia akan pergi ke kantor polisi terdekat.
Setelah aku melihat kantor polisi, segera aku
mencari jembatan yang menjadi petunjuk yang kedua. Troll selalu menunggu di
jembatan untuk meminta uang. Lagipula permainan yang hanya bisa dimainkan empat
orang = 'Bridge'. Petunjuk itu kutemukan, walau hanya berupa jembatan
penyeberangan. Aku berbelok cepat seperti yang diperintahkan.
Petunjuk yang ketiga sedikit lebih rumit. Jelas
sekali yang dimaksud adalah King. Dia adalah nomor 13 jika dihitung dari bawah.
Dalam permainan Black Jack, dia bernilai 10 seperti dua kartu lainnya, Queen
dan Jack. Tentu saja permainan Black Jack yang dimaksud karena permainan yang
bisa dimainkan dua orang. Dia mengumpamakan dirinya sebagai dealer.
Tapi apa maksudnya masuk dan kau akan bisa
mendapatkan keperluanmu. Beberapa saat kemudian aku mengerem skuter secepat
mungkin sehingga suara ban berdecit dengan lantai.
Di sana aku menemukan sang raja. Belakangan ini
memang banyak sekali bermunculan. Dia memang menyediakan berbagai keperluan.
Itu adalah market Circle-Kool, dengan lambang K besar dan matahari merah di
sekelilingnya. Raja dengan jubah merah di sekelilingnya.
Di hadapannya ada sebuah jalan lurus. Di sana ada
kedai kopi dengan nomor rumah 21 besar. Nilai tertinggi dari permainan Black
Jack, 21/ Aku beruntung tidak harus memecahkan teka-teki lagi. Setelah ini dia
pasti berada di meja nomor satu. Teka-teki ini cukup mudah.
Aku segera masuk dengan sedikit tergesa-gesa. Pergi
langsung menghampiri meja nomor satu. Ternyata di sana duduk seorang pria
bertubuh besar memakai jas. Aduh, kupikir itu benar-benar perempuan. Walau pria
itu besar, aku cukup percaya diri dengan sedikit kempo. Aku menyapanya.
“Hei. Gotcha..”
Pria itu langsung terlunjak kaget. Kaget yang tidak
dibuat-buat. Aku menjadi ikut bingung.
“Maaf, apa aku mengenalmu?” tanyanya.
Aku ikut bingung. Kenapa ini, seharusnya aku
menemui seseorang, atau petunjuk baru di meja nomor satu. Saat itu pelayan
datang tergesa-gesa. Dia menatap kami berdua dengan heran.
“Ada masalah apa?” Tanya pelayan wanita itu.
“Aku seharusnya bertemu seseorang di meja nomor
satu.” kataku.
“Maksudmu sebelas?” Pelayan wanita itu bertanya.
“Sebelas, bagaimana mungkin?” kataku.
“Seorang gadis, memesannya untuk semalaman. Padahal
selama ini tidak ada yang memesan.”
Aku mengerutkan kening sambil berjalan mendekati
meja nomer sebelas. Sedikit bingung. Kenapa nomor sebelas, apakah dia salah
memberikan teka-teki atau aku saja yang melewatkan sesuatu.
“Seperti apa tampangnya?” tanyaku.
“Berambut hitam, berpakaian merah entahlah! Apa ini
main detektif-detektifan aku tidak mengerti permainan anak muda jaman sekarang.
Kalian berdua tidak main yang aneh-aneh kan?” pelayan itu membawaku ke meja
dengan sebuah lilin dan sekali lagi surat. “Oke, terserah, tapi jangan
lama-lama sudah mau tutup.”
Aku memang tidak berniat lama-lama, jam sudah
menunjukkan pukul sebelas seperempat malam. Aku segera membuka surat
selanjutnya. Di dalamnya ada tulisan. Selanjutnya siapa maple?
“Dear Kindagawa..”
Gubrak, siapa tuh Kindagawa. Jangan jangan teka
teki lagi? Kita lihat saja di part selanjutnya “HOTEL GRAND"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar