Senin, 10 November 2014

SEBELUM JAM 12 part 3

part 3 "KINDAGAWA"



Aku melihat jam di tangan. Sekarang sudah jam sepuluh seperempat aku harus segera pergi. Sebelum pergi, sang pria tua penjaga sekolah tiba-tiba menatap tajam dengan sebelah matanya.
“Aku melihat bahaya di wajahmu anak muda, barhati-hatilah.” pria tua itu kemudian menghilang dalam kegelapan.
Segera kulajukan skuterku mencari kantor polisi. Petunjuk yang pertama adalah kantor polisi. Seorang gadis sedang kecurian, kemana dia harus pergi. Tentu ke kantor polisi. Dia kehilangan di dekat gerbang ini. Pastinya dia akan pergi ke kantor polisi terdekat.
Setelah aku melihat kantor polisi, segera aku mencari jembatan yang menjadi petunjuk yang kedua. Troll selalu menunggu di jembatan untuk meminta uang. Lagipula permainan yang hanya bisa dimainkan empat orang = 'Bridge'. Petunjuk itu kutemukan, walau hanya berupa jembatan penyeberangan. Aku berbelok cepat seperti yang diperintahkan.
Petunjuk yang ketiga sedikit lebih rumit. Jelas sekali yang dimaksud adalah King. Dia adalah nomor 13 jika dihitung dari bawah. Dalam permainan Black Jack, dia bernilai 10 seperti dua kartu lainnya, Queen dan Jack. Tentu saja permainan Black Jack yang dimaksud karena permainan yang bisa dimainkan dua orang. Dia mengumpamakan dirinya sebagai dealer.
Tapi apa maksudnya masuk dan kau akan bisa mendapatkan keperluanmu. Beberapa saat kemudian aku mengerem skuter secepat mungkin sehingga suara ban berdecit dengan lantai.
Di sana aku menemukan sang raja. Belakangan ini memang banyak sekali bermunculan. Dia memang menyediakan berbagai keperluan. Itu adalah market Circle-Kool, dengan lambang K besar dan matahari merah di sekelilingnya. Raja dengan jubah merah di sekelilingnya.
Di hadapannya ada sebuah jalan lurus. Di sana ada kedai kopi dengan nomor rumah 21 besar. Nilai tertinggi dari permainan Black Jack, 21/ Aku beruntung tidak harus memecahkan teka-teki lagi. Setelah ini dia pasti berada di meja nomor satu. Teka-teki ini cukup mudah.
Aku segera masuk dengan sedikit tergesa-gesa. Pergi langsung menghampiri meja nomor satu. Ternyata di sana duduk seorang pria bertubuh besar memakai jas. Aduh, kupikir itu benar-benar perempuan. Walau pria itu besar, aku cukup percaya diri dengan sedikit kempo. Aku menyapanya.
“Hei. Gotcha..”
Pria itu langsung terlunjak kaget. Kaget yang tidak dibuat-buat. Aku menjadi ikut bingung.
“Maaf, apa aku mengenalmu?” tanyanya.
Aku ikut bingung. Kenapa ini, seharusnya aku menemui seseorang, atau petunjuk baru di meja nomor satu. Saat itu pelayan datang tergesa-gesa. Dia menatap kami berdua dengan heran.
“Ada masalah apa?” Tanya pelayan wanita itu.
“Aku seharusnya bertemu seseorang di meja nomor satu.” kataku.
“Maksudmu sebelas?” Pelayan wanita itu bertanya.
“Sebelas, bagaimana mungkin?” kataku.
“Seorang gadis, memesannya untuk semalaman. Padahal selama ini tidak ada yang memesan.”
Aku mengerutkan kening sambil berjalan mendekati meja nomer sebelas. Sedikit bingung. Kenapa nomor sebelas, apakah dia salah memberikan teka-teki atau aku saja yang melewatkan sesuatu.
“Seperti apa tampangnya?” tanyaku.
“Berambut hitam, berpakaian merah entahlah! Apa ini main detektif-detektifan aku tidak mengerti permainan anak muda jaman sekarang. Kalian berdua tidak main yang aneh-aneh kan?” pelayan itu membawaku ke meja dengan sebuah lilin dan sekali lagi surat. “Oke, terserah, tapi jangan lama-lama sudah mau tutup.”
Aku memang tidak berniat lama-lama, jam sudah menunjukkan pukul sebelas seperempat malam. Aku segera membuka surat selanjutnya. Di dalamnya ada tulisan. Selanjutnya siapa maple?
“Dear Kindagawa..”

Gubrak, siapa tuh Kindagawa. Jangan jangan teka teki lagi? Kita lihat saja di part selanjutnya “HOTEL GRAND"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages